RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kalimat Jateng Peduli Sesama menjadi tema peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Jawa Tengah yang akan diperingati Sabtu (14/8/2020) hari ini. Pandemi Covid–19 ini, perayaan dilangsungkan sangat sederhana tanpa kemeriahan seperti tahun sebelumnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sendiri yang mencetuskan tema tersebut. “Tema itu saya pilih karena saya ingin mengajak masyarakat saling peduli kepada sesama,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Sebenarnya ada banyak usulan tema yang masuk. Namun Ganjar sendiri yang memilih tema itu. “Jika biasanya tema ulang tahun itu terlalu tinggi, hari ini kita butuh yang membumi,” ujarnya.
Mereka yang terdampak pandemi, membutuhkan kepedulian sesama untuk membantu pekerjaan, makan, bahkan kuota internet. “Harapan saya, dengan tema ini, maka relasi antarmasyarakat di Jateng yang terkenal guyub rukun, betul-betul dapat diimplementasikan,” katanya.
Tak hanya tema semata, tindakan konkret juga telah dilakukan untuk merealisasikan tema Jateng Peduli Sesama itu. Sejumlah kegiatan yang sifatnya membantu masyarakat, langsung dikeluarkan secara bersama-sama oleh Pemprov Jateng. “Teman-teman ASN langsung punya ide cemerlang. Mereka langsung mengeluarkan bantuan secara bersama-sama,” ujarnya.
Disebutkan Ganjar, beberapa bantuan tersebut adalah pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bantuan untuk penyandang disabilitas dan bantuan-bantuan lain. “Saya harap tidak hanya bantuan dari pemerintah, tapi masyarakat juga ikut membantu demi membangun keharmonisan dan kemesraan antarwarga Jateng,” tuturnya.
Sesuai dengan temanya, Ganjar mengatakan bahwa perayaan Hari Jadi ke-70 Jateng akan berbeda dari tahun-tahun biasanya. Tidak adanya kemeriahan dalam peringatan HUT Jateng juga sebagai bentuk pelaksanaan protokol kesehatan. “Karena tidak boleh kumpul-kumpul di tengah kondisi kesusahaan, tentu tidak elok kami membuat acara yang meriah,” jelasnya.
Perayaan kali ini, lanjutnya, harus dilakukan dalam kesederhanaan. Meski begitu, semuanya tidak boleh menghilangkan makna dari perayaan itu. “Kita diingatkan bahwa usia kita makin panjang, dibutuhkan lebih banyak kepedulian pada masyarakat,” katanya.
Meski dilaksanakan tanpa kemeriahan, ia tetap mengajak partisipasi masyarakat untuk tetap peduli sesama di masa pandemi ini. “Kami mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi dan berbuat untuk membantu sesama,” ujarnya.
Kendati begitu, Ganjar mengizinkan masyarakat menggelar doa bersama atau tirakatan pada malam peringatan Hari Kemerdekaan, 17 Agustus 2020. Namun, Ganjar mengingatkan agar malam tirakatan digelar dengan sederhana dan mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
“Meski pandemi, tidak apa-apa kalau masyarakat mau menggelar malam tirakatan. Yang penting jangan banyak orang dan harus mematuhi protokol kesehatan,” kata Ganjar.
Ia juga meminta agar masyarakat tidak menggelar acara ramai-ramai pada saat malam tirakatan jelang peringatan hari kemerdekaan itu. Masyarakat diminta tidak berkeliling dan membuat kegiatan yang menimbulkan kerumunan.
“Silakan tirakat di rumah masing-masing atau di tempat ibadah masing-masing. Bisa di masjid, langgar, gereja, pura dan lainnya. Silakan, nggak papa,” terangnya.
Ganjar juga mengajak seluruh masyarakat Jawa Tengah berdoa bersama saat pelaksanaan malam tirakatan tersebut agar pandemi Covid-19 segera selesai. Doa itu penting untuk mendukung ikhtiar lahir yang selama ini gencar dilakukan.
“Yuk, kita doa bersama, mendoakan bangsa ini agar ikhtiar lahir yang kita kerjakan itu mendapat energi dari ikhtiar bathin atau spiritual. Mudah-mudahan pandemi ini lekas berlalu,” ucapnya.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak menggelar lomba-lomba. Apabila hendak mengadakan lomba, Ganjar mengusulkan agar lomba memeriahkan hari kemerdekaan dilakukan secara virtual.
“Lomba-lomba nggak usahlah. Kalau mau lomba, yang virtual saja, agar tidak ada kerumunan dan tidak terlalu banyak bersentuhan. Kalau lomba seperti biasanya, itu risikonya tinggi. Daripada menyesal kemudian, lebih baik jangan,” katanya.
Sementara itu, menghadapi kenormalan baru, Pemprov Jawa Tengah memiliki program andalan, Jogo Tonggo namanya. Konsep ini mengambil nilai menjaga sesama, saling tolong menolong, topo seliro menghadapi masa pandemi di semua sektor. “Yang mampu ya tolong ikut membantu. Jangan malah minta. Daftarkan yang kurang mampu. Kita saling gotong royong melindungi yang memang butuh dilindungi. Dan memberikan perlindungan bagi yang mampu memberikannya,” ujarnya.
Jogo Tonggo pun terbukti efektif membangun jiwa kebersamaan masyarakat. Mereka mulai saling peduli. Bahkan mampu berbagi. Tidak hanya dari masyarakat, berbagai perusahaan, instansi, philanthropi melalui CSR masing-masing mulai tergerak membantu. Semakin banyak bantuan dan anggaran yang dimiliki, dapat membantu masyarakat terdampak.
“Dan satu lagi yang menjadi andalan saya adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Ini paling bisa diandalkan untuk membantu percepatan penanganan Covid-19 di Jateng,” terang Ganjar. (ewb/akm/kom/ida/bas)