RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) melarang tiga daerah zona merah persebaran Covid–19 di Jateng membuka tempat wisata. Tiga zona yang dimaksud yaitu Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Kudus.
Kepala Disporapar Jateng Sinoeng Nugroho Rachmadi mengatakan, hanya daerah yang masuk zona hijau, kuning, dan orange yang boleh membuka tempat wisata. “Khusus untuk zona merah kami zero toleran,” kata Sinoeng Selasa (28/7/2020).
Meski begitu, 32 daerah lain yang bukan zona merah tetap diminta meningkatkan kewaspadaan dan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat. Hal tersebut untuk meminimalisasi penyebaran Covid–19 yang lebih masif lagi.
Dikatakan Sinoeng, semenjak pandemi jumlah pengunjung wisatawan di Jateng memang merosot tajam. Data terakhir dari Disporapar Jateng, selama pandemi kunjungan wisatawan hanya mencapai 9 juta.
Jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang ditargetkan sebelum pandemi sebanyak 50 juta. Karenanya, setelah memasuki pandemi ini target tersebut diubah menjadi 20 juta untuk 2020 ini. “Hari ini kami terjun bebas, meski hanya menargetkan 20 juta kunjungan,” terangnya.
Kemerosotan jumlah wisatawan yang datang ke Jateng sudah mulai terasa sejak awal pandemi Covid–19. Satu persatu destinasi wisata di-lockdown. Padahal ada 690 destinasi wisata di Jateng yang total beroperasi akibat pandemi. “Harapan kami, pandemi Covid-19 melandai September. Sehingga Oktober-Desember target bisa dikejar,” ujar Sinoeng.
Salahsatu event yang bakal menjadi unggulan untuk memeroleh target jumlah wisatawan yaitu Borobudur Marathon. Borobudur merupakan salahsatu destinasi wisata Jateng yang belakangan mulai beroperasi. Termasuk Candi Prambanan. “Destinasi wisata Guci di Tegal sudah persiapan simulasi,” katanya.
Selain itu, pandemi Covid–19 juga menghantam warga yang mengandalkan pendapatannya dari tempat wisata. Ada 38.600 orang yang menggantungkan hidupnya di destinasi wisata Jateng terpukul karena pandemi Covid–19 ini.
Meski begitu, ia meyakini warga yang bekerja di sektor wisata merupakan orang-orang kreatif yang mampu bertahan di masa sulit. “Terbukti, dari 1.083 hotel di Jateng tutup 103 hotel. Sementara wisata lain berhenti sementara dan merumahkan karyawan. Hotel yang masih beroperasi hanya buka dua lantai saja,” katanya. (ewb/ida/bas)