RADARSEMARANG.COM, Semarang – Korban meninggal akibat virus korona (Covid-19) di Jateng kembali bertambah. Tercatat, kemarin seorang pasien positif korona yang dirawat di RSUP Dr Kariadi meninggal dunia. Korban diketahui warga Semarang Tengah yang sebelumnya dirawat di rumah sakit pelat merah itu selama 10 hari. Total hingga Selasa (17/3/2020) kemarin, sudah empat pasien positif korona di Jateng, dua di antaranya meninggal dunia.
Sedangkan jumlah warga dengan status Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Jateng mencapai 1.005 orang, dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) berjumlah 69 pasien. Dari jumlah itu, sebanyak 42 pasien masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Jateng, 24 orang dinyatakan sehat dan sudah diizinkan pulang, serta dua pasien meninggal dunia namun bukan disebabkan virus korona.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng dr Yulianto Prabowo Mkes mengatakan, pasien positif Covid-19 asal Kota Semarang yang meninggal itu sebelumnya telah mengidap penyakit lain. Bahkan pernah dirawat di dua rumah sakit swasta, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi. “Jadi, sebelum kena korona, kondisi pasien belum baik, karena habis dirawat di rumah sakit swasta karena penyakit lain,” kata Yulianto Prabowo, kemarin.
Dikatakan, pasien laki-laki berusia 48 tahun itu meninggal Rabu (17/3/2020) sekitar pukul 03.48 dan langsung dimakamkan. Pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke Bali, Jogja dan Jakarta. Sebelumnya sempat dirawat di dua rumah sakit swasta di Semarang Barat dan Semarang Timur, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi.
Sementara itu, menyikapi cepatnya virus tersebut merebak, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kemarin langsung menggelar rapat video conference dengan seluruh bupati/wali kota se-Jawa Tengah. Ganjar menyampaikan, keputusan pertama yang diambil adalah meliburkan lembaga pendidikan dan mengganti pembelajaran melalui daring (dalam jaringan).
“Seluruh bupati/wali kota sepakat (meliburkan) untuk memantau agar memastikan mereka (para siswa) tidak keluar rumah dan belajar melalui daring. Termasuk wali murid agar tidak mengajak anaknya piknik,” ujar Ganjar.
Begitu pula dengan sekolah berbasis boarding school, seperti SMA Taruna Nusantara, Magelang. Karena sebagian siswa saat ini tengah menjalani masa libur, Ganjar berharap yang saat ini masih berada di asrama untuk tidak beraktivitas di luar. “Termasuk yang di Taruna Nusantara. Karena sebagian ada yang libur. Yang di sana jangan keluar, kalau yang sudah di rumah diperpanjang saja liburnya sampai 14 hari,” katanya.
Untuk sektor kesehatan, Ganjar mengatakan seluruh bupati dan wali kota menyepakati untuk turut mengaktifkan rumah sakit di bawah kelolanya diperbantukan kepada rumah sakit milik Pemprov Jateng dalam penanganan pasien Covid-19. “Tapi kami minta bantuan agar alat-alat di rumah sakit bisa dipenuhi khususnya APD (alat pelindung diri). Ini yang kami butuhkan nanti akan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Terus juga kebutuhan VTM atau Virus Transport Media, yang mulai saat ini kita butuh banyak,” ujar Ganjar.
Dikatakan, kekuatan sektor kesehatan yang dimiliki pemerintah tersebut, dari rumah sakit di bawah kelola Kementerian Kesehatan, Pemprov Jateng dan kabupaten/kota juga bakal mendapat back up dari beberapa rumah sakit swasta di Jawa Tengah. “Ada juga partisipasi dari masyarakat yang menyampaikan rumah sakit yang dia miliki akan membantu provinsi dalam memperkuat penanganan pasien, dan di antaranya saya minta pengobatan gratis,” katanya.
Ganjar berharap upaya dari pemerintah dan lembaga kesehatan swasta tersebut juga diimbangi masyarakat dengan menerapkan pola hidup sehat. Karena, menurut Ganjar, penangkalan utama yang ampuh adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh. “Olahraga, makan yang bergizi dan sering-sering berjemur. Yang ada di rumah jemur semuanya, karena itu bisa mengurangi. Biar kita punya benteng perlawanan yang bagus dari tubuh,” pesannya.
Di sisi lain, Ganjar mewanti-wanti agar jangan lagi ada oknum yang memancing di air keruh di tengah upaya penanganan Covid-19. Bahkan gubernur berambut putih itu tidak segan akan menindak secara hukum pada mereka yang memelintir kondisi dengan memproduksi hoaks. “Akan saya laporkan (penyebar hoaks) ke polisi. Mungkin mereka niatnya main-main, tapi janganlah,” tegas Ganjar.
Ia mengatakan telah menemukan beberapa gambar yang memelintir atau bahkan mengganti judul berita media online. Dari soal liburnya para pekerja sampai dihapuskannya angsuran di bank. “Jangan ada hoaks selama kondisi seperti ini. Secepat itu (persebarannya) seperti penularan virus,” tandasnya.
Ganjar mengaku mendapat pertanyaan langsung dari masyarakat lewat WhatsApp terkait gambar diliburkannya para pekerja. Ketika ditanya itu, ia menyampaikan, tidak serta merta menjawab kebenarannya. Ia justru menanyai balik darimana gambar itu didapatkan. “Saya katakan, boleh gak Anda melaporkan dari mana awal Anda mendapatkan gambar itu? Boleh tidak saya laporkan ke polisi? Dia langsung jawab: Wah jangan pak itu kawan saya. Jangan dilaporkan,” kata Ganjar.
Ia berharap semua pihak menyampaikan dan mengabarkan persebaran virus korona ini secara bijak, bukan melebih-lebihkan, juga bukan dengan cara menutup-nutupi. Kabar yang melebih-lebihkan, menurut Ganjar, akan membuat masyarakat panik, sementara menutupi realitas tidak membuat warga teredukasi. “Temen-temen, saudara semua jangan nge-hoaks deh dalam kondisi seperti ini sensitif. Saya tidak tahu, mungkin itu bercanda, tapi sebaiknya jangan seperti itu lah,” ujarnya.
Terpisah, Bupati Semarang minta dua PNS yang pulang dari Jepang segera cek kesehatan dan tidak bertemu dengan orang lain selama 14 hari. “Ada dua pegawai negeri yang pulang dari Jepang dirumahkan untuk bisa 14 hari tidak masuk kerja,” ungkap Bupati Semarang Mundjirin kepada RADARSEMARANG.COM, Selasa (17/3/2020).
Tidak hanya itu, bupati juga melakukan pengawasan terhadap sekelompok warga yang usai mengikuti study tour ke Bali. Ketika ditanya tinggal di daerah mana, Bupati Semarang memilih bungkam untuk tidak membuat masyarakat panik.
“Sampai saat ini ada empat pasien dalam pengawasan asal Kabupaten Semarang. Ada dua yang dirawat di RSUP Dr Kariadi Semarang, satu pasien di RSUD Ketileng Semarang dan satu di RSAW Salatiga,” bebernya.
Sedangkan di Kabupaten Pekalongan, sebanyak 36 warga berstatus Orang Dalam Pemantauan Covid-19 (ODP) oleh Dinas Kesehatan setempat. Rata-rata mereka baru pulang dari luar negeri, seperti Hongkong, Jepang, Malaysia, Singapura dan Australia. Seorang di antaranya tengah menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Kajen.
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi menjelaskan, satu pasien yang awalnya dikabarkan suspect korona itu adalah TKW yang baru pulang dari Hongkong. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, pasien wanita berusia 32 tahun itu didiagnosa menderita infeksi saluran pernapasan, dan bukan terinfeksi virus tapi bakteri.
“Memang ada orang dalam pemantauan Covid-19. Ada 36 termasuk mahasiswa dari luar negeri Malaysia dan Thailand. Hanya satu yang dirawat di RSUD Kajen, tapi hari ini sehat,” ungkap Bupati Asip.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Setiawan Dwi Antoro menjelaskan, saat ini ada dua warga asal Pemalang yang dirujuk ke RSUD Kraton, Kabupaten Pekalongan. Keduanya saat ini, tengah dirawat di ruang isolasi.
Dijelaskan, pasien pertama merupakan rujukan dari Rumah Sakit Al Ikhlas Pemalang. Pasien berjenis kelamin laki-laki umur 60 tahun ini, warga Kecamatan Taman, Pemalang. Riwayat kedua pasien ini baru pulang dari kegiatan di Jakarta dan Tangerang. Pada 16 Maret 2020 sekitar pukul 22.00, pasien mengeluh demam dan memeriksakan diri ke Rumah Sakit Al Ikhlas Pemalang, dan mendapat rujukan ke RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. “Ada dua warga, laki-laki semuanya. Belum suspect (korona), status pasien dalam pengawasan (PDP). Duanya dari Pemalang,” kata Setiawan Dwi Antoro. (hid/ria/thd/aro)