27.2 C
Semarang
Tuesday, 24 June 2025

Coffee Festival Jateng Gayeng 2019, Ajang Bertemunya Pegiat Kopi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SOLO – Komoditas kopi Jawa Tengah sudah dikenal terbaik kualitasnya dan mendapatkan perhatian masyarakat luas. Terlebih, perkembangan coffee shop seiring gaya hidup kaum milenial, mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus melakukan inovasi.

Salah satunya dilakukan Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah dengan mengadakan Coffee Festival Jateng Gayeng di The Heritage Palace, Solo. Gelaran festival yang diikuti ratusan pegiat kopi di Jawa Tengah itu berlangsung dari 14-16 November 2019. Para pegiat kopi terdiri atas para pengusaha biji kopi, pengembang coffee shop, hingga para barista. Mereka saling bertemu dan berbagi pengalaman tentang pengolahan kopi mulai dari hulu hingga ke hilir.

Dalam sambutannya saat membuka acara pada Kamis malam (14/11), Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin mengemukakan bahwa produksi kopi di Jawa Tengah sangat potensial. Saat ini, luas area perkebunan kopi di Jawa Tengah tercatat 32.397,47 hektare. Luas area tersebut menghasilkan produksi kopi sebanyak 1.861,87 ton Arabica dan 20.538,07 ton Robusta.

Taj Yasin mengapreasiasi pelaksanaan festival kopi yang pertama kalinya diadakan Dinas Koperasi dan UKM Jateng itu. Dia berpesan agar pengusaha coffee shop juga mengedukasi konsumen tentang tata cara minum kopi yang benar.

Dia mencontohkan, jika biji kopi diolah secara benar, maka tidak akan muncul kekhawatiran konsumen akan rasa pahit dan asam yang menyebabkan efek terhadap lambung. “Kalau pengolahan biji kopi dilakukan dengan langkah yang benar, kopi tidak akan terasa pahit, bahkan biji kopi yang merah itu sebelum di-roasting ada rasa manisnya. Jadi kalau minum kopi tidak perlu lagi tanya gulanya mana,” bebernya yang disambut gelak tawa tamu undangan.

Taj Yasin juga berkesempatan berkeliling stand dan mencicipi sejumlah kopi yang ditawarkan barista-barista andalan di Jawa Tengah. Kepada para barista, Wagub berpesan agar mereka selalu mengutamakan kualitas dan pelayanan yang baik kepada para pecinta kopi.

Suasana temaram di pelataran The Heritage Palace kian meriah saat berlangsung bincang bersama, yang diikuti para pegiat kopi dari berbagai daerah. Hadir Profesor Sri Mulato yang aktif mengadakan penelitian tentang kopi. Pria yang akrab disapa Profesor Kopi ini mendukung maraknya kegiatan festival dan branding produk kopi. Akan tetapi, dia mengingatkan agar tetap diimbangi dengan produksi.

”Jangan sampai setelah produk kopi sudah sangat terkenal dan permintaan pasar banyak, produksinya tak mampu terpenuhi. Problem kita ini ada pada produksi yang rendah. Oleh karena itu hulu di petaninya produksinya harus dimaksimalkan juga selain di hilirnya yaitu di pemasarannya. Peran pemerintah sangat besar dalam hal ini,” tuturnya.

Kepala Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah Ema Rachmawati mengemukakan, festival tersebut merupakan upaya pemerintah provinsi dalam mengoptimalkan branding kopi lokal. “Festival ini mendapatkan sambutan yang baik dari banyak pihak, dan ini adalah bagian dari upaya kami memperkuat jejaring para pegiat kopi supaya bisa belajar lebih banyak tentang kopi dari hulu sampai hilir. Dari produksi hingga cara membranding kepada masyarakat,” katanya.

Pada kesempatan itu, Ema memperkenalkan produksi gula semut dari Jawa Tengah yang juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dikatakan Ema, konsumsi gula semut menjadi pilihan untuk menggantikan gula putih. Gula semut yang berasal dari gula aren dan gula kelapa menjadi paduan untuk menikmati kopi dan kini sedang populer di Jakarta. “Ke depan kami akan mengolaborasikan dua produk unggulan dari Jawa Tengah ini. Karena ternyata pasarnya sedang booming dan menjadi pilihan untuk gaya hidup yang lebih sehat,” ujarnya.

Para pegiat kopi dalam sarasehan semakin bersemangat dalam mengembangkan produk mereka tatkala mendengarkan paparan dari Humas dan Promosi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta Sistho A Shrestho. Sistho memaparkan rincian kebutuhan rata-rata kopi di hotel yang sangat tinggi.

General Manager The Alana itu mencontohkan, revenue di Alana, khusus kopi, mencapai Rp 217 juta per bulan, atau Rp 2,5 miliar per tahun. “Itu gambaran kasar revenue untuk satu hotel saja. Kami sangat mengharapkan angka ini menjadi masukan dan penyemangat produsen kopi di Jawa Tengah untuk berlomba-lomba masuk ke pasar hotel,” ungkapnya. (*/adv/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya