RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Seorang narapidana teoris (napiter) berinisial WW menjalani program Pembebasan Bersyarat (PB). Ia kini di bawah pengawasan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Semarang setelah dipindahkan dari Bapas Kelas II Bekasi.
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Catur Yuliwiranto mengatakan, dalam program itu, pihaknya tak hanya melakukan pengawasan dan pendampingan, namun juga pembinaan social skill.
Menurutnya, pembinaan itu dapat kembali menjalin hubungan baik dengan keluarga dan temannya yang prososial. “Terpenting supaya tidak lagi tergabung dalam kelompok radikal,” katanya pada RADARSEMARANG.COM.
Dalam menggarap program itu, pihaknya melibatkan Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) Semarang. Yayasan ini mendekati lingkungan rumah tinggal para eks napiter dari keluaga, RT, hingga RW. Tujuannya, memberikan sosialisasi untuk menerima eks napiter.
Hal itu sangat penting karena lingkungan dapat mempengaruhi eks napiter kembali mempunyai paham radikal.
“Sehingga butuh pendekatan dan pendampingan dari berbagai pihak untuk menjaga para eks napiter tetap cinta NKRI,” tambahnya.
Selain Persadani, Bapas Semarang juga menggandeng organisasi keagamaan NU dan Muhammadiyah, konselor agama, dan psikolog. Untuk mewujudkannya, pihaknya berkoordinasi dan kerjasama dengan BNPT, Densos 88, Kementerian sosial, Kementerian Agama, dan instansi lainnya.
Sementara dalam pengawasannya, dilakukan melalui Home Visit, pengawasan melalui telepon dan video call. Dari upaya pengawasan ini, klien tidak menjadi residivis dengan idiologi lamanya dan lebih moderat.
Oleh karenanya, pihaknya memberikan bacaan dan buku yang dapat meng-counter paham radikal terorisme kekerasan yang dipahami klien sebelumnya (counter narrative).
“Kami mengajak diskusi terkait dengan idiologi agama yang moderat dan yang benar bersama ustad yang pemahaman agamanya setingkat dengan pemahaman klien (deradikalisasi),” pungkasnya. (ifa/ida)
