RADARSEMARANG.COM, Semarang – Ribuan orang dari berbagai daerah diduga menjadi korban investasi abal-abal alias bodong. Tak tanggung-tanggung, masing-masing korban mengalami kerugian mulai puluhan juta hingga miliaran rupiah. Sedangkan total kerugian mencapai Rp 300 miliar.
“Kerugian saya sama saudara saya join itu totalnya sampai Rp 1,5 miliar. Kalau teman yang lain ya puluhan sampai ratusan miliar. Ada yang Rp 8 miliar, orang salatiga juga,” ungkap Sunarjo, warga Kabupaten Semarang kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (25/12) kemarin.
Para korban juga telah menggeruduk rumah mewah pengelola investasi dengan modus properti, yang berlokasi di Jalan Blancirsari 3, Plamongansari, Kecamatan Pedurungan, Sabtu (24/12). Mereka membawa dan membentangkan spanduk dengan bertuliskan nama Dewa Aldo Serena.
Spanduk tersebut dibentangkan di pintu dan di bawah tulisan nama Dewa Aldo Serena. Intinya menagih janji dan “Kembalikan Uang Para Member”. Di bawahnya terdapat tulisan, “kegiatan ini merupakan bagian dari somasi kepada Dewa Aldo Serena.”
Sunarjo mengatakan, awal ikut join dan menjadi member investasi yang dikelola oleh Dewa Aldo Serena pada awal Januari 2022. Awalnya tergiur dengan pengalaman teman-temannya yang ikut bermain investasi tersebut dan mendapat keuntungan atau provit yang dijanjikan oleh Dewa Aldo Serena.
“Tergiur. Saya awalnya sempat menanyakan yang sudah masuk, pernah gabung sudah 6 sampai 7 tahun dan mengatakan lancar. Saya tanya ke Aldo, ada perjanjiannya gak? Aldo bilang, katanya ada notaris lengkap kalau di atas 100 bisa notaris di Salatiga. Tetapi harus bayar sendiri. Tetapi kalau disini gratis,” katanya.
Kemudian, Sunarjo bersama rekannya datang ke Plamongansari bertemu Dewa Aldo Serena di kantornya. Sunarjo yang tergiur dengan penjelasan Dewa Aldo Serena, akhirnya join. Dia tergiur dengan iming-iming keuntungan mencapai 30 persen dari uang yang disetorkan untuk investasi.
“Dapat provit ada yang 6 persen, ada yang sampai 30 persen. Tergantung pengumuman yang diumumkan oleh Aldo. Setiap satu dua hari kan selalu berubah-ubah informasinya. Profitnya berbeda-beda. Saya Januari setor Rp 120 juta, dapat provit 30 persen, ya dapatnya Rp 36 juta,” bebernya.
Awalnya, mulai Januari sampai Mei, Sunarjo provit yang diterima lancar. Namun, ketika menginjak bulan Juni, tidak mendapatkan lagi. Janjinya diberikan pada Agustus 2022. Namun, hingga kini Sutarjo dan para member lainnya belum menerima provit sesuai apa yang dijanjikan oleh Dewa Aldo Serena.
“Alasannya ada temuan dari Salatiga yang masuk. Sedang diselidiki oleh PPATK, OJK, sampai KPK. Terus dia minta waktu. Alasannya, selama pemeriksaan itu tidak boleh melakukan transaksi apapun, uang tabungannya dibekukan. Katanya HP-nya disita oleh KPK, untuk pemeriksaan lebih lanjut,” bebernya.
Awalnya, Sunarjo tak menaruh curiga dengan omongan Aldo yang mencatut nama perusahaan besar di Jakarta. Menurutnya, perusahan tersebut sangat jelas dan bonafit. Omongan tersebut tak hanya disampaikan kepada Sunarjo, tetapi juga kepada para member lainnya.
“Terus ngulur-ngulur waktu. Katanya kalau tidak bisa membayar akan ditekel oleh ASG. Nah akhirnya kami ngecek, di ASG tidak ada kerjasama dengan yang namanya Aldo. Katanya, kalau Aldo bergerak di bidang itu sudah 17 tahun. Kemudian mengajak member ada yang katanya enam tahun,” katanya.
Pihaknya berharap, pengelolaan investasi bertanggung jawab. Sebab, banyak uang dari member yang sudah disetorkan ke Aldo. Bahkan member invetasi ini dari berbagai penjuru, ada yang dari Jogja, Solo, Salatiga, Semarang, Mranggen Demak, Pekalongan, Brebes, Tegal, bahkan Jakarta. Bahkan sampai luar pulau Jawa.
“Sekarang ini saya menyebut investasi tersebut abal-abal. Korban mencapai 2000 orang lebih. Sampai sekarang (Dewa Aldo Serena) tidak ada tanda-tanda terlihat. Saya dapat provit 30 persen dan saya berani mengambil mobil yang akhirnya lepas. Padahal saya mengambil uang untuk dimasukkan kesini itu pinjam,” imbuhnya.
Kemudian, korban bernama Sri Lestari, warga Gajah Raya, Kecamatan Gayamsari, juga mengaku mengalami kerugian mencapai ratusan juta. Awal menjadi member setelah tergiur dengan omongan Aldo.
“Awalnya saya datang kesini itu mas Aldo bilang, ibu kalau pengen punya rumah di sekitar sini seharga Rp 1 miliar bisa. Nanti dengan jalan, ibu mengangsur dengan provit ibu sebulan Rp 100 juta hanya satu tahun. Nanti lunas, modal ibu utuh. Nanti dapat rumah beserta surat-suratnya,” katanya.
Kemudian Sri lestari join dan menyerahkan uang secara bertahap dan mendapatkan keuntungan. Hingga akhirnya Sri Lestari semakin tergiur dan kembali menyetorkan uang hingga Rp 320 juta.
“Saya transfer ke tempatnya Aldo, itu bulan Mei 2022. Sampai jual aset kios, BPKB mobil saya masukkan ke bank. Awalnya tergiur dapat provit Rp 80 juta, tapi saya masih menderita rugi Rp 180 juta. Terus top up lagi Rp 300-an juta, harapan saya dapat mengejar janji Aldo dapat rumah di sini senilai Rp 1 miliar. Mikirnya ke depan buat anak-anak,” katanya.
Sementara itu, Wakil Koordinator Aksi, Agus Teguh Imanto menjelaskan, aksi yang dilakukan tersebut untuk menagih janji Aldo. Sesuai yang dijanjikan Aldo, modal semua member akan diselesaikan pada 20 Desember 2022.
“Tapi sampai hari ini, tidak ada kabarnya dari Aldo dan tidak diketahui keberadaanya. Sehingga kami bergerak ke sini, karena ini jelas rumahnya Aldo sekaligus untuk transaksi dan berbisnis. Kami berkumpul disini untuk menagih janji. Ini kantornya sekaligus rumahnya,” katanya.
Kalau aksi ini tidak direspon, kami akan menempuh jalur hukum. “Hari ini (Sabtu, 24/12) kami anggap ini mensomasi Aldo untuk segera menyelesaikan kewajiban-kewajibannya. Memang kami gak muluk-muluk, modal kami dikembalikan saja,” pungkasnya. (mha/ida)