RADARSEMARANG.COM, MAGELANG – Dhio Daffa Swadilla, 22, memang keji. Ia nekat meracun ayah, ibu dan kakak kandungnya hingga tewas.
Tersangka tunggal ini mengaku belajar menggunakan racun arsenik dan sianida dari kasus Munir dan kasus kopi sianida Mirna.
Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun mengatakan, tersangka mengaku mempelajari sejumlah kasus pembunuhan dengan racun yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.
Seperti kasus Munir yang waktu itu menggunakan zat kimia arsenik, kemudian ada kasus yang terjadi di Jogjakarta beberapa waktu lalu di mana ada sate yang dicampur sianida.
“Juga kasus kopi sianida Mirna,” terang Sajarod kepada RADARSEMARANG.COM, Jumat (2/12).

Ia menyampaikan, sampai saat ini sudah empat saksi yang diperiksa. Di luar itu, masih ada beberapa saksi yang akan dipanggil untuk dimintai keterangan.
Salah satunya adalah pemilik mobil Toyota Innova nopol K 17 DA yang digunakan untuk menyimpan zat kimia tersebut.
Menurut keterangan pemilik mobil Innova tersebut, kata Sajarod, ternyata nopol yang dipasang bukan seperti yang di TKP (K 17 DA).
“Ternyata setelah kami register juga tidak ada data mobil dengan pelat nomor tersebut. Namun pelat nomor yang benar AA 1168 S,” jelas Sajarod.
Ia menyampaikan, penggantian pelat nomor mobil Innova ini atas permintaan tersangka. Saat sewa, tersangka berdalih mobil itu akan digunakan untuk mengantarkan pimpinan di tempat kerjanya dulu.
“Pada saat itu tersangka mengaku bekerja di PT KAI,” katanya.
Sajarod mengungkapkan, tersangka telah menyewa mobil tersebut sejak 25 November lalu. Dhio memilih menggunakan mobil rental untuk menutupi jejak saat mengambil racun sianida yang dibelinya secara online.
“Agar mudah menyimpan barang bukti dan tidak dicurigai. Tersangka mengambil paket sianida di tempat ekspedisi lalu disimpan di dalam mobil tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Dio Daffa di mata teman sekolahnya saat SMA dulu dikenal sebagai sosok yang baik dan sedikit tertutup.
Teman SMA Dhio, Muhammad Ardinan Nur Malik mengaku kaget dan tidak menyangka temannya itu tega membunuh keluarganya sendiri.
Ia mengatakan, sejak lulus SMA sampai sekarang masih sering berkomunikasi dengan Dhio. Namun sejak pertengahan tahun ini, Dhio seperti menutup diri.
Ardinan menjelaskan, dirinya kontak terakhir dua bulan lalu, dan sempat teleponan untuk bertemu. Namun sangat sulit ditemui.
“Saya sudah mencoba mencari dia, tapi susah. Padahal biasanya kalau ada apa-apa dia sering dicurhati oleh Dhio,” ujarnya.
Diakui, Dhio pernah menceritakan soal dirinya bekerja di PT KAI. Dhio juga menceritakan tentang proses masuknya bagaimana, kemudian gajinya berapa, dan kerjanya bagaimana.
Ia mengakui, Dhio selalu dicukupi kebutuhannya oleh keluarganya. Ia melihat orang tuanya ingin membahagiakan Dhio.
“Dhio gaya hidupnya cukup tinggi waktu di sekolah dulu, dan cukup royal kepada teman-teman dekatnya,” katanya.
Menurutnya, orang tua Dhio selalu membebaskan anaknya, dan selalu menuruti apa yang diinginkannya.
Meskipun tidak langsung dituruti, yang jelas jika Dhio meminta sesuatu pasti dalam waktu dekat akan dituruti.
“Boleh dibilang orang tuanya sangat memanjakan Dhio,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga orang dalam satu keluarga tewas keracunan setelah meminum teh hangat dan es kopi. Mereka adalah Abbas Ashar, 58, dan istrinya Heri Riyani, 54, serta putri sulungnya, Dhea Chairunnisa, 25.
Ketiganya ditemukan meninggal di tiga kamar mandi berbeda di rumah korban Gang Durian No 2 RT 10 RW 01, Dusun Prajenan, Desa/Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin (28/11) pagi. Belakanganya diketahui, ketiga korban tewas setelah diracun oleh Dhio Daffa Swadilla, anak kedua korban. Dhio membubuhkan dua sendok racun arsenik di minuman teh hangat dan es kopi yang diminum ketiga korban. (rfk/aro)
