31 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Eksekutor Penembakan Istri Anggota TNI Sejak Dulu Dikenal Nakal dan Bertemperamen Tinggi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Demak – Tertangkapnya Sugiono alias Babi, 34, warga RT 9 RW 1 Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung beberapa hari lalu tidak membuat para tetangganya heboh seperti yang dibayangkan.

Sebagian besar warga pada prinsipnya telah memahami kondisi Babi yang dinilai kerap kali keluar masuk penjara sebagai seorang residivis dengan sejumlah kasus pidana yang berbeda.

Rumah Sugiono berseberangan dengan SD Negeri 3 Sriwulan. Rumah eksekutor penembakan terhadap istri anggota TNI Rina Wulandari ini kerap direndam banjir rob seperti rumah tetangganya yang lain.

Karena itu, saat ke rumah Sugiono, sebagian akses jalan masuk kampung terendam rob. Rumah pria yang akrab disapa Babi itu berada di utara jalan raya Pantura Sayung.

Untuk ke tempat itu, bisa lewat batas tugu selamat datang di Kabupaten Demak-Semarang atau patung lurus ke utara hingga ada SD Negeri 3 Sriwulan.

Penelusuran RADARSEMARANG.COM di Desa Sriwulan, nama Sugiono lebih dikenal warga dengan perilaku nakalnya. Misalnya, soal dugaan suka memalak. Ia juga dikenali sebagai sosok yang bertemperamen tinggi. Jika sedang naik pitam, ia tak segan melukai orang lain.

Meski begitu, warga cenderung cuek dengan karakter  Sugiono. Yang penting bagi warga adalah tidak mendapat gangguan dari yang bersangkutan. Apalagi Sugiono juga lebih banyak hidup di luar kota.

Sugiono adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Masroni dan Sumarsih.  Kedua orang tua Babi dikenal sangat baik. Masroni sehari-hari bekerja sebagai kernet tukang batu atau uruk tanah padas.

Sedangkan ibunya dulu pernah berjualan makanan nasi bungkus di sebuah pabrik di Sayung. Karena kondisi kedua orang tua Sugiono makin sepuh, kini lebih banyak di rumah. Para tetangga melihat orang tua Sugiono tampak sedih dan prihatin dengan apa yang dilakukan putranya.

“Dia (Sugiono) sering di luar. Karena itu, warga tidak tahu apa yang dilakukan saat di luar kota,”ujar seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Tahunya warga,  kata dia, kondisi lingkungan di sekitar sana baik-baik saja. Jika ada kegiatan kampung, Sugiono juga tidak pernah ikut. “Kita tahu ada kabar penangkapan terhadap Sugiono dari media. Toh, kejadiannnya juga di luar kota,”kata warga tersebut.

Sugiono ditangkap petugas Resmob Satreskrim Polrestabes Semarang pada Kamis (21/7) sekitar pukul 20.00.

Sepengetahuan warga, dalam riwayat hidupnya, Sugiono sebelumnya memiliki istri dan dua anak. Ia dan keluarganya masih serumah dengan orang tuanya di Kampung Sriwulan. Istiri pertamanya diketahui telah meninggal. Kemudian, beristri lagi. Namun, tinggal di Semarang.

Kesaksian warga lainnya, Sugiono jika berada di rumah tampilannya biasa saja. Yang membedakan, di tubuhnya dihiasi tato yang hampir merata. Walau tampil sangar sebagai sosok yang kontroversi, Sugiono masih suka menyapa tetangganya. Bahkan, kalau Idul Fitri juga menyempatkan diri mengajak anaknya untuk halalbihalal dengan tetangga terdekat.

Warga menyampaikan, kalau pas di rumah, kediaman orang tuanya itu kerap kedatangan tamu dari luar yang tidak dikenali warga sekitar. “Mereka njagong. Ya, kadang ramai,”ujar seorang warga.

Ketua RT 9 RW 1 KH Maftuhin menuturkan, selama bertetangga dengan Sugiono, sejauh ini baik-baik saja. “Selama saya di sini, dia (Sugiono) tidak pernah merepotkan. Tapi tidak tahu kalau di luar. Yang jelas, hubungan non formal dengan masyarakat, dia biasa-biasa saja dan suka menyapa,”kata Kiai Maftuhin yang tercatat sebagai salah satu tokoh masyarakat sekaligus tokoh agama di Desa Sriwulan ini.

Menurutnya, terkait penangkapan Sugiono oleh petugas beberapa waktu lalu, sebagai ketua RT memang tidak banyak yang diketahui. “Saya tahu ada penangkapan ya dari berita media. Situasi malam hari saat penangkapan agak sepi, sehingga tidak banyak warga yang tahu,”ujar Kiai Maftuhin yang  aktif sebagai ketua takmir masjid, pengurus panti asuhan, pengurus IPHI Sayung, pengurus MWC NU Sayung, dan organisasi lainnya ini.

Kiai Maftuhin menambahkan, suatu saat dirinya pernah diundang Masroni, orang tua Sugiono untuk memimpin doa di rumah yang bersangkutan. Masroni berharap, anak-anaknya bisa menjadi anak yang baik.

“Orang tuanya sangat baik. Suatu ketika, beliau mengundang saya untuk memimpin doa selamatan. Pak Masroni bilang ingin anak-anaknya menjadi anak yang saleh-salehah. Kalau melihat kejadian yang dilakukan Sugiono ini, kasihan orang tuanya tersebut,”ungkapnya. (hib/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya