RADARSEMARANG.COM, Semarang – Motif pembunuhan terhadap Indah Safitri, 26, di rumah kontrakan Jalan Srinindito, Ngemplak Simongan, Semarang Barat, Sabtu (15/1) sekitar pukul 12.30 lalu terus ditelusuri.
Kanipah alias Andre, 32, suami sekaligus pelaku pembunuhan berdarah itu mengaku nekat menghabisi nyawa istrinya karena jengkel setelah kerap dimarahi. Andre dibekuk pukul 18.00 atau selang 5,5 jam setelah kejadian di sekitar lokasi kejadian.
Sumber RADARSEMARANG.COM dari kepolisian menyebutkan, sebelum menikam istrinya dengan pisau, sempat terjadi percekcokan antara korban dan pelaku. Menurut sumber itu, percekcokan terjadi lantaran pelaku jengkel karena sering dimarahi istrinya.
“Ngakunya dia (pelaku) sering dimarahi. Apakah itu hanya pembelaan dia atau bagaimana, kemarin masih dalam pemeriksaan. Dia (pelaku) kan gak kerja. Yang kerja istrinya,” kata sumber tersebut.
Diduga karena pelaku tidak bekerja itu, keduanya sering cekcok. Apalagi pasangan suami istri ini telah memiliki dua anak, dan harus membayar biaya kos, serta kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Pelaku Dikenal Posesif, Suami Bunuh Istri di Srinindito Semarang Diduga karena Cemburu
Sementara itu, setelah membunuh istrinya, pelaku sempat kabur. Namun diduga kebingungan, pelaku kembali ke lokasi kejadian. Nah, saat itulah, anggota polisi yang melakukan pengejaran langsung menyergap pelaku. “Pelaku sempat putar-putar, keluar dari kampung situ. Tapi bingung mau lari kemana. Terus dia balik lagi ke TKP, alasannya menyesal,” bebernya.
Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Donny S Lumbatoruan membenarkan jika pelaku pembunuhan telah ditangkap. Meski demikian, pihaknya belum bersedia membeberkan secara detail terkait penangkapan dan motif pembunuhan tersebut. “Nanti akan disampaiakan saat rilis nggih..,” jawabnya singkat melalui pesan WhatsApp.
Terpisah, kakak korban Eni Suprapti saat ditemui kemarin, masih larut dalam duka mendalam. Sembari menangis, ia menceritakan, jika adiknya dan pelaku sudah berumah tangga selama tujuh tahun. Keduanya dikaruniai dua anak, yakni AR, 6, dan AZ, 4.
Sebelumnya, adiknya itu tinggal di kampung halaman pelaku, di Magetan, Jawa Timur. Kemudian, pada 1 Januari 2022, kembali ke Semarang, dan tinggal indekos. Pelaku sebelumnya bekerja di Kokrosono dan saat ini sudah tidak bekerja.
“Kerjanya di Kokrosono di pembuatan batako. Tapi kadang berangkat, kadang nggak. Tapi sekarang keliatannya sudah tidak bekerja, karena tidak pernah berangkat,” jelasnya.
Eni juga mengatakan, sampai saat ini kedua anak korban juga belum diberitahu jika ibunya sudah meninggal. “Kami sepakat tak memberitahu bahwa ibu mereka telah meninggal dibunuh oleh bapaknya. Kami bilang ibu belum pulang karena lagi kerja. Padahal ibunya tidak pulang untuk selama-lamanya,” katanya sedih.
Orang tua korban, Sakira, kemarin juga masih syok. Ia sempat pingsan setelah mendapat kabar putrinya dibunuh oleh menantunya. “Saya syok mau ngomong ndak bisa. Jadi, hanya bisa melihat saja,” ujarnya.
Sakira membeberkan, saat mandi, menantunya datang dan membawa AZ, cucunya. Ia mengetahui Andre datang ke rumahnya diberitahu cucunya yang juga anak sulung korban, AR.
“Anak yang pertama bilang ke saya, adik (anak korban) digowo ayah. Saya bilang wis ben, paling diajak maem neng kosan. Wong ibumu lagi istirahat,” ceritanya.
Saat itu, Sakira sempat kaget ketika AR menyebut ayahnya datang dengan tangan penuh darah dan membawa pisau. Namun Sakira berpikir barangkali menantunya itu habis berkelahi dengan orang lain. “Saat itu, saya langsung minta mencari dia (pelaku),” ujarnya.
Karena penasaran, Sakira juga mencari sendiri ke rumah putrinya. Saat tiba di lokasi, perempuan itu terkejut ketika melihat rumah kos yang ditempati anaknya sudah penuh warga.
“Saya tidak bisa apa-apa, kondisi anak saya (korban) tertelungkup, sudah banyak darah,” katanya.
Pihak keluarga dan kerabat korban hanya pasrah dengan kejadian ini. Namun, mereka berharap pelaku mendapat hukuman setimpal atas perbuatannya. (mha/aro)