32.8 C
Semarang
Sunday, 12 October 2025

Kisah Pilu Dewi Firdauz, Ibu yang Digugat Anaknya Gara-Gara Toyota Fortuner

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kasus anak menggugat ibu kandung yang dialami Dewi Firdauz, 50, menimbulkan banyak simpati dari masyarakat. Dukungan kepada Dewi terus berdatangan. Baik yang menyampaikan secara langsung maupun lewat pesan WhatsApp.

“Iya Mas. Banyak yang kasih dukungan. Ini ada respons juga dari kalangan sejawat saya, ada dari dokter spesialis penyakit dalam dan para istri dokter. Mereka menyampaikan rasa prihatin, memberikan semangat dan doa kepada saya. Ini membuat saya menjadi lebih tegar,” kata Dewi kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (21/1/2021).

ASN Pemprov Jateng yang tinggal di Manyaran, Kota Semarang ini mengakui, tak sedikit yang mengutuk tindakan anaknya, AP, 25, yang telah menggugat dirinya di Pengadilan Negeri (PN) Salatiga.

“Kejam sekali putranya Bu. Apa tidak sebaiknya Ibu gugat balik dia, suruh bayar ASI dan perawatan yang pernah ia peroleh dari Ibu selama 20 tahun,” kata salah satu warga yang mengirimkan pesan WA ke HP Dewi.

Ditemui di rumahnya tadi malam, Dewi mengakui, AP yang waktu kecil sangat dekat dengan dirinya, kini telah berubah. Bahkan, telah menyeretnya ke kursi pesakitan PN Salatiga.

“Sebetulnya anak ini paling dekat sama saya. Suka nempel-nempel, selalu saya cium baunya, kepalanya. Kalau tidur pasti saya cium kepalanya. Ya, begitulah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya,” ujarnya sambil menitikkan air mata.

Diakui, sejak kecil, AP yang belum lama ini diwisuda dari Fakultas Kedokteran salah satu PTS di Jogja, tidak bisa ditinggal dirinya. Ia selalu mencari-cari ibunya. “Selalu nempel. Kalau mau tidur selalu mau ditemani dulu,” kenangnya.

Selain itu, sejak kecil, AP dibimbing dan dekat dengan agama. Ketika TK dan SD, di sekolahkan di sekolah Islam Al Azhar.

“Ketika dewasa mulai bisa menjadi imam salat berjamaah. Terutama salat maghrib dan isya. Disitu saya bahagia sekali, melihat anak saya menjadi imam kepada ibunya. Tetapi sekarang berubah menjadi seperti ini,” katanya semakin menangis.

“Kalau ayahnya tidak pernah menjadi imam, tidak pernah berjamaah. Tidak pernah sama sekali,” sambung Dewi.

Selain itu, ketika di bangku SMA, Dewi juga mengajak keluarganya termasuk AP ibadah umrah di Tanah Suci. Di tempat inilah, Dewi merasa terkesan dengan AP.

“Di situ saya dipegang terus. Bersama kakaknya pegangan terus. Dia benar-benar menjadi sosok yang menjaga keluarganya. Di situlah yang paling berkesan. Saat towaf, saya sangat ayem,” ceritanya.

Sebagai seorang ibu, ia tetap mendoakan yang terbaik bagi AP.  Ia berharap Allah membimbing AP, selalu menjaga, dan mendapat hidayah. “Tetap sayang dan tetap membuka pintu untuk dia, selalu terbuka kapan saja,” katanya.

Dewi sendiri kali terakhir bertemu AP saat acara wisuda sarjana kedokteran September 2020 silam. Setelah itu, sampai sekarang tidak pernah bertemu. “Jangankan bertemu, komunikasi melalui handphone saja tidak pernah mendapat respon,” akunya.

Dewi berharap AP segera menyadari perbuatannya yang dianggap sangat tidak terpuji. Selain itu, ia berharap putranya mencabut gugatan tersebut. Menurutnya, kasih sayang ibu terhadap dua anaknya sangat dalam.

Ia mengakui, gugatan anaknya ini sangat menguras tenaga, termasuk pikiran. Saat ini, ia masih menyiapkan berkas untuk agenda sidang berikutnya pada 26 Januari mendatang.

“Perasan saya jelas sedih, terluka hati saya. Di satu sisi naluri seorang ibu, kasih sayang tidak terbatas untuk anaknya, di satu sisi anaknya melukai hati. Ini sangat sakit,” katanya sambil kembali menangis. (mha/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya