RADARSEMARANG.COM, Demak – Kasus pembunuhan terhadap Dhea Fauzia Rahma, warga Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak hingga kemarin masih membuat shock pihak keluarga. Suasana berkabung menyelimuti keluarga pasangan suami istri (pasutri) Sugeng Prihadi dan Istiqomah tersebut.
Saat RADARSEMARANG.COM berkunjung ke rumah korban kemarin, dua orang warga sedang sibuk menyiapkan perlengkapan tenda yang dipasang di depan rumah untuk acara tahlilan selama tujuh hari Dhea. Sedangkan, di dalam ruang tamu rumah tampak ayah- ibu dan keluarga Dhea. Sesekali ibu Dhea menangis lantaran selalu teringat anak kesayangannya tersebut. Keluarga ini dikarunia tiga orang anak.
Tidak ada firasat yang berarti menjelang kepergian Dhea. Pihak keluarga pada Sabtu (14/11/2020) pagi hanya tahu Dhea berangkat sekolah dengan mengenakan seragam pramuka. Selebihnya, ada kabar tentang kejadian yang menimpa Dhea.
Teman sekolah Dhea, Nurul Mia, menuturkan, Dhea merupakan anak yang baik. “Saya satu kelas dengannya. Yaitu, kelas 12 jurusan IPA 3. Anaknya tidak neko-neko. Anaknya aktif di kegiatan pramuka,” kata Nurul.
Ia bertemu kali terakhir dengan Dhea di sekolah pada Kamis (12/11/2020) lalu. Tidak disangka, pertemuan tersebut adalah yang terakhir kali. Yang Nurul paling ingat tentang Dhea adalah saat rekreasi bersama ke Jepara.“Anaknya ceria banget. Curhat soal pemandangan alam yang indah,” ujarnya.
Guru-guru Dhea juga menyampaikan bahwa Dhea merupakan anak yang baik dan kerap ikut kegiatan pramuka di sekolah. Namun karena sudah kelas tiga (kelas 12), ia tidak lagi aktif di kegiatan pramuka. Kebetulan Sabtu, semua siswa jadwalnya memang berseragam pramuka. Dhea dinilai sebagai korban atas peristiwa tersebut.
Senada disampaikan Samadi, warga setempat. “Dhea anaknya baik dan ramah. Ia aktif ikut kegiatan ikatan remaja masjid (Irmas),”katanya.
Karena itu, sepeninggal Dhea, banyak teman-temannya ikut menangis lantaran bersedih serta terkejut dengan kejadian tersebut.
Kepala Desa Ngaluran Kamil yang masih saudara dekat menyampaikan, Dhea adalah sosok yang rajin membantu orang tua. Anaknya baik, cekatan, dan mudah bergaul dengan teman-temannya.
“Jumat malam Sabtu (13/11/2020), Dhea masih membantu ibunya ngantar snack ke rumah saya. Kebetulan, di rumah saya kan ada kumpulan (rapat),”katanya. Biasanya, jika ada kegiatan, snack dan katering pesan di Istiqomah, ibu korban dan barang diantar oleh korban.
Sebagai keluarga sekaligus kades, ia merasa prihatin dengan kejadian yang menimpa Dhea. Dhea adalah anak yang baik. Namun, ia justru menjadi korban tindak pembunuhan pelaku yang informasinya telah tertangkap aparat kepolisian di Surabaya tersebut.
“Kita sangat menyayangkan pihak hotel yang menerima anak berseragam sekolah. Mestinya, bisa dicegah. Kita tahunya Dhea sudah menjadi korban pembunuhan seperti ini,” katanya menyesalkan.
Kamil menuturkan, secara kronologis, ia mendapati informasi dari pihak kepolisian sekitar pukul 15.00 pada Minggu (15/11/2020) sore. “Disampaikan bahwa ada warga saya yang terlibat dalam pembunuhan di Bandungan, Kabupaten Semarang. Setelah dilihatkan KTP dan fotonya ternyata masih keponakan saya,” kata Kamil.
Ia bersama pihak keluarga langsung ke RS Bhayangkara Semarang untuk proses otopsi jenazah Dhea. Pemulasaran jenazah selesai pukul 24.00 Minggu malam. Pukul 01.00 malam jenazah sampai di rumah keluarga dan dimakamkan Senin (16/11/2020) pagi pukul 09.00.
Dalam perkembangannya, Kamil telah memperoleh informasi Selasa (17/11/2020), bahwa tersangka pembunuhan telah tertangkap pihak kepolisian di Surabaya. Pelaku diduga masih warga Desa Ngaluran sendiri. Sekampung dengan rumah Dhea (korban).
Rumahnya hanya berjarak sekitar 300 meter. Habis membunuh korbannya, pelaku yang bernama Diki ini langsung melarikan diri ke Surabaya. Pelaku asli Surabaya, tetapi tinggal di Desa Ngaluran bersama keluarga Mat-Aspuriah. Istilah orang kampung, Diki dititipkan orang tua aslinya untuk sementara ikut bertempat tinggal di rumah Mat-Aspuriah tersebut.
“Pelaku bertempat tinggal di rumah Pak Mat-Bu Aspuriah. Kebetulan, sebelumnya Pak Mat kenal dengan orang tua Diki saat kerja di Surabaya. Kalau tidak salah. Diki semula di pondokkan di Ngaluran. Tapi, tidak tahan lalu pilih tinggal di rumah Pak Mat tersebut. Nah, kemudian, yang kita tahu, Dhea (korban) ini berteman dengan anak Bu Aspuriah sebagai teman sekolah. Kemungkinan pelaku kenal Dhea ya dari situ,”bebernya.
Informasi yang diterima Kamil, pelaku tega membunuh Dhea lantaran ingin menguasai sepeda motor Honda Beat dan handphone (HP) milik korban. Sebelum keduanya (pelaku dan korban) berangkat ke Bandungan, Kabupaten Semarang, motor dan HP Dhea sempat dititipkan atau dijual kepada seseorang di Demak. Dugaan itu dikuatkan bahwa sebelum kejadian, tepatnya sekitar Jumat (13/11/2020), pelaku sudah berani menawarkan sepeda motor korban untuk dijual.
“Informasinya, setelah motor Dhea dijual itu, kemudian pelaku mengajak Dhea pergi dengan naik sepeda motor Yamaha Fixion putih. Sesampainya di hotel di Bandungan, justru pelaku pakai KTP Dhea untuk check in. Sedangkan, posisi Dhea saat itu berada di parkiran hotel. Jadi, Dhea diduga telah diperdaya pelaku. Karena ada perlawanan dari Dhea, sehingga Dhea menjadi korban pembunuhan itu,”katanya.
Meski demikian, kata Kamil, pihak keluarga hingga kemarin masih menunggu kepastian dari pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut. (hib/aro/bas)