RADARSEMARANG.COM, Semarang – Emy Listiyani, 26, gadis cantik yang ditemukan meninggal di semak-semak di tepi Jalan Pramuka, Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunungpati, meninggalkan pilu keluarga dan kerabatnya. Khususnya, bagi ibunya, Siti Sakdiah. Gadis yang akrab disapa Emy ini bahkan telah memiliki rencana memberangkatkan ibunya ibadah umrah ke Tanah Suci.
“Sudah bayar deposito. Sudah dinamakan ibunya berangkat umrah,” kata kakak ipar korban, Sri Masluruh, saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumah duka, Minggu (15/11/2020).
Sri Masluruh mengaku sangat kehilangan sosok Emy. Korban di lingkungan keluarga dikenal sangat baik. Ia sangat peduli dan ikut membantu ekonomi keluarga.
“Dia senang membantu orang tua. Misalnya, saat pengin rumah dibikin begini, ia juga yang membiayai. Dia bisa mencari uang sendiri untuk membantu keluarga. Meski ibunya juga kerja,” ujarnya.
Sri Masluruh membeberkan, korban menempuh pendidikan sekolah dasar di dekat rumahnya. Setelah itu, meneruskan ke SMP Negeri 22 Semarang dan SMA Negeri 12 Semarang.
Baca juga:
- Gadis Cantik Ditemukan Tewas di Hutan, Dikira Kecelakaan, Ternyata Dibunuh
- Korban Pembunuhan akan Menikah Desember
- Ponsel Korban Belum Ditemukan, Ada Bekas Benturan di Leher Belakang
- Emy Sudah Daftarkan Ibunya Ibadah Umrah
- Bikin Terenyuh, Ini Doa yang Selalu Dibaca Emy Listiyani, Gadis Korban Pembunuhan di Jalan Pramuka
- Mengejutkan, Emy Listiyani Ternyata Tewas di Tangan Mantan Pacar
“Saat SMA ikut kegiatan OSIS dan Pramuka. Dia senang ikut kegiatan ekstrakurikuler. Lulus SMA lalu kursus komputer. Dia kuliah D3 dan lulus 2014,” jelasnya.
Saat SMA hingga sekarang, korban senang kegiatan mendaki gunung dan travelling. Tidak hanya di dalam negeri. Emy pernah travelling hingga ke Malaysia dan Thailand.
“Pernah ke Lombok, Maluku, Gunung Raung, Gunung Kinibalu, dan Nusa Penida Bali. Pernah ke Gunung Bromo dua kali. Rencananya, dia mau ke India, tapi saya gak izinkan. Saya bilang, kamu ini anak satu-satunya perempuan, ya gak usah pergi-pergi lagi,” timpal ibu korban, Siti Sakdiah.
Siti mengatakan, anak tunggalnya tersebut juga aktif di kegiatan Karangtaruna. Sebelum meninggal, ia juga menjadi instruktur senam lanjut usia di salah satu Puskesmas di Kecamatan Gunungpati.
“Sudah dua tahun lebih. Awalnya ikutan senam. Terus diangkat jadi instruktur senam lansia. Latihannya tiap hari Minggu. Dapat honor juga,” ceritanya sedih.
Dikatakan, Emy sempat bekerja sebagai penjaga tiket di salah satu tempat wisata di Kabupaten Semarang. Sebelumnya juga pernah bekerja di perusahaan swasta di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
“Dia kalau kerja gak nyaman, pasti keluar. Cari tempat kerja lagi. Dia juga ikut modelling. Dia pernah bilang, mau belajar nyetir mobil. Pernah diajak ikut media travelling. Tapi syaratnya harus bisa nyetir,” bebernya. (mha/aro/bas)