32 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Menag Ajak Umat Islam Sholat Minta Hujan, Berikut Niat dan Tata Cara Sholat Istisqa

Artikel Lain

Menukil buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i oleh Syaikh DR. Alauddin Za’tari, kata istisqa bermakna minta siraman.

Sementara menurut pengertian syariat, istisqa adalah memohon kepada Allah SWT agar berkenan menurunkan hujan kepada hamba-Nya saat mereka sangat membutuhkan.

Sementara disebutkan dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i, shalat istisqa hukumnya sunah muakkadah, yakni amalan yang dianjurkan Rasulullah. Serta boleh mengulang sholat istisqa lebih dari satu kali hingga hujan turun.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abbad bin Tamim, ia berkata:

“Sesungguhnya Rasulullah mengajak orang-orang keluar untuk memohon turunnya hujan. Beliau shalat dua rakaat bersama mereka, dan beliau membaca dengan suara keras. Setelah memindahkan kain selendang, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa memohon diturunkan hujan sambil menghadap kiblat.” (HR Bukhari)

Waktu Pelaksanaan Sholat Istisqa
Mengutip buku Panduan Muslim Sehari-hari oleh M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, waktu untuk mengerjakan sholat istisqa untuk memohon hujan turun adalah ketika telah terlihat matahari mulai naik. Dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA:

“Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan sholat istisqa manakala matahari mulai naik.” (HR Abu Dawud & Al-Hakim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa sholat istisqa lebih utama dilaksanakan setelah sholat Jum’at. Dan sebagian yang lain mengatakan bahwa sholat istisqa bisa dikerjakan di setiap waktu, kecuali pada waktu-waktu makruh melakukan sholat.

Persiapan Sholat Istisqa
Buku buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i mengemukakan bahwa sebelum sholat istisqa, imam dianjurkan untuk mengumumkan pelaksanaan sholat istisqa kepada kaum muslim beberapa hari sebelumnya.

Ia juga perlu mengingatkan kaum muslim untuk taat dan berbuat kebajikan, karena hal seperti ini akan membuat permohonan terkabul.

Selain itu disyariatkan juga untuk berpuasa selama 4 hari. Tiga hari sebelum pelaksanaan sholat istisqa, dan di hari keempatnya sembari mengerjakan sholat istisqa.

Sholat istisqa dilaksanakan di tanah lapang yang luas. Hal ini berdasarkan kesepatan para ulama, tanpa ada yang menentangnya, karena Nabi dahulu pernah melakukan seperti itu.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Istisqa
Nabi SAW sholat dua rakaat seperti sholat Id. Dan setelah selesai sholat, imam berkhutbah dua kali juga seperti dua khutbah dalam sholat Id. Dalam khutbahnya ia beristighfar memohon ampunan kepada Allah.

Berdasarkan riwayat dari Thalhah, ia berkata: ‘Marwan menyuruhku menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan kepadanya tentang shalat istisqa. Ibnu Abbas menjawab:

“Sholat istisqa sama seperti sholat idul fitri dan sholat idul adha. Hanya saja Rasulullah memindahkan kain surbannya. Beliau memindahkan yang berada di sebelah kanan ke sebelah kiri, lalu dari sebelah kiri ke sebelah kanan. Beliau sholat dua rakaat. Pada rakaat pertama beliau bertakbir tujuh kali, lalu membaca surat Al-A’la. Dan pada rakaat kedua beliau bertakbir lima kali, lalu membaca surat Al-Ghasyiyah. Setiap kali bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya. Beliau membaca dengan suara keras. Sebaiknya yang dibaca dalam dua rakaat sama seperti yang dibaca dalam sholat id.” (HR Ad-Daruquthni)

Disebutkan dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i, berikut tata cara pelaksanaan sholat istisqa:

Mengucapkan niat melaksanakan sholat Istisqa, yaitu:

اُصَلِّ سُنَّتَ الأِسْتِسْقَاءِرَكْعَتَيْنِ اِمَامًا/مأَمُوْمًالِلّٰهِ تَعَالٰى

Ushallii sunnatal Istisqaa’i rak’ataini imaaman/makmuuman lillaahi Ta’aala.

Artinya: Aku berniat mengerjakan sholat sunah Istisqa sebanyak dua rakaat, sebagai imam/makmum, karena Allah Ta’ala.

Pada rakaat pertama melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Kemudian membaca doa iftitah, Surah Al-Fatihah, dan membaca Surah Al-A’la.

Rakaat kedua takbir lima kali, lalu membaca surah Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ghasyiyah.

Setelah selesai sholat, imam berkhutbah dua kali. Khutbah pertama dimulai dengan istighfar sebanyak sembilan kali, dengan bacaan:

Astaghfirullah al-‘azhim alladzi la ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum wa atubu ilaihi

Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tidak ada tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus makhluk Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya.

Selama khutbah dianjurkan sering membaca istighfar dan membaca Surah Nuh ayat 10-12. Imam hendaknya membaca doa:

اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثًا مُغيثًا، هَنيئًا مَريئًا، غَدَقًا مُجَلِّلًا، عامًّا طَبَقًا، سَحًّا دائمًا، اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيثَ ولا تَجعَلْنا منَ القانِطينَ، اللَّهُمَّ إنَّ بالعبادِ والبلادِ والبهائمِ والخَلقِ منَ اللَّأْواءِ والجَهْدِ والضنْكِ ما لا نَشْكوه إلَّا إليكَ، اللَّهُمَّ أنْبِتْ لنا الزرْعَ، وأدِرَّ لنا الضَّرْعَ، واسْقِنا من بَرَكاتِ السماءِ، وأنْبِتْ لنا من بَرَكاتِ الأرضِ، اللَّهُمَّ ارفَعْ عنَّا الجَهدَ والجوعَ والعُريَ، واكشِفْ عنَّا منَ البَلاءِ ما لا يَكشِفُه غيرُكَ، اللَّهُمَّ إنَّا نَستَغفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غفَّارًا، فأرسِلِ السماءَ علينا مِدْرارًا

Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan marii’an ghadaqan mujalla lan ‘aaman thabaqan sahhan daa’iman. Allaahummasqinal ghaitsa wa laa taj’alnaa minal qaanithiina. Allaahumma bil ‘ibaadi wal balaadi wal bahaa’imi wal khalqi minal-la’awaa’i wal jahdi wadh-dhanki maa laa nasykuhu illaa ilaika. Allahumma anbit lanaz-zar’a wa adirra lanadh-dhar’a, wasqinaa min barakaatis-samaa’i, wa anbit lanaa min barakaatil ardhi. Al laahummarfa’ ‘annal jahda, wal juu’a wal ‘uraa, waksyif ‘annaa minal balaa’i maa laa yaksyifuhu ghairuka. Allaahumma innaa nastaghfiruka innaka kunta ghaffaaran, fa arsilis-samaa’a ‘alainaa midraaran.

Artinya: Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, yang menyenangkan, yang berakibat baik, yang membawa kesuburan, yang melimpah, dan yang selalu membawa manfaat. Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya pada hamba dan negeri ini ada kesusahan, penderitaan, dan kesempitan yang hanya kami adukan kepada Engkau. Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman, deraskan untuk kami puting susu ternak, dan turunkan kepada kami hujan dari berkah-berkah bumi.Ya Allah, hilangkan dari kami kesusahan, lapar, dan telanjang. Keluarkan kami dari bencana di mana selain Engkau tidak ada yang sanggup mengeluarkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampunan kepada Engkau. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun, kirimkanlah dari langit hujan yang deras kepada kami.

Pada khutbah kedua, imam beristighfar tujuh kali dan menghadap ke kiblat. Ia juga dianjurkan membalikkan kain selendangnya dari kanan ke kiri, dan dari kiri ke kanan. Juga membalikkan selendang yang bawah ke atas.

Dalam khutbah kedua imam berdoa dengan suara pelan, dan jamaah mengikutinya. Berikut doanya:اَللّهُمَّ أَنْتَ أَمَرْتَنَا بِدُعَائِكَ، وَوَعَدْتَنَا إِجَابَتَكَ، وَقَدْ دَعَوْنَاكَ كَمَا أَمَرْتَنَا، فَأَجِبْنَا كَمَا وَعَدْتَنَا ، اَللّهُمَّ امْنُنْ عَلَيْنَا بِمَغْفِرَةِ مَا قَارَفْنَا، وَإِجَابَتِكَ فِيْ سُقْيَانَا، وَسَعَةِ رِزْقِنَا

Allahumma anta amratan bidu’aika wa wa’adtana ijaabataka wa qad da’awnaaka kamaa amartanaa fa ajabnaa kamaa wa’adtanaa, Allahumma amnun alaynaa bimaghfirati ma qaarafnaa wa ijaabatika fi suqyaana wa sa’ati rizqina

Artinya: “Ya Allah, Engkau memerintahkan kami untuk Berdoa kepada-Mu, dan menjanjikan kepada kami kalau Engkau akan mengabulkannya. Sesungguhnya kami telah Berdoa kepada-Mu sebagaimana yang Engkau perintahkan. Kabulkanlah doa kami, sebagaimana yang Engkau janjikan. Ya Allah, karuniakan kepada kami ampunan atas apa yang telah kami langgar, perkenan-Mu menurunkan hujan kepada kami, dan kelapangan rezeki kami.”


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya