29.4 C
Semarang
Friday, 10 October 2025

Mengurangi Hiperaktif Anak melalui Bercerita dengan Boneka Tangan

Oleh : Rokhimah, S.Pd.AUD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Istilah ADD/ADHD (Attention Deficit Disorder/Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau hiperaktif menurut Alzena Masykouri, M.Psi seringkali digunakan untuk mengindikasi suatu masalah perilaku yang banyak dialami oleh anak-anak.

Terutama mereka yang berusia prasekolah sampai 12 tahun. Sehingga mendapat perhatian tidak hanya dari kalangan profesional (dokter atau psikolog) tetapi juga dari orang tua dan pendidik (guru).

Untuk menentukan apakah anak mengalami ADD/ADHD diperlukan pengamatan dan pemeriksaan yang menyeluruh sehingga didapatkan kesimpulan dan metode penanganan yang tepat.

Namun sebagai seorang pendidik yang terlibat langsung dengan anak-anak, kita harus mengetahui perilaku seperti apa yang merupakan gejala ADD/ADHD pada anak dan bagaimana cara penanganan siswa di dalam kelas agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.

ADD/ADHD merupakan gangguan perilaku yang dialami anak yang disebabkan gangguan dalam pemusatan perhatian dan kadang-kadang disertai dengan hiperaktif (Satller dalam Evanjeli, 2015).

Secara umum masalah yang dialami anak ADD/ADHD adalah pengendalian perilaku, fungsi pelaksanaan perilaku, pengaturan jadwal dan kesadaran akan waktu serta perilaku yang menetap dalam mencapai tujuan.

Selain itu anak sering mengalami masalah dalam perilaku adaptif dan interaksi sosial dengan teman sebaya. Perilaku hiperaktif merupakan perilaku yang paling mudah teramati dari semua gejala perilaku ADD/ADHD. Anak dengan perilaku hiperaktif terlihat seperti selalu semangat dan berpindah-pindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

Tampaknya seperti mudah bosan terhadap suatu kegiatan dan memerlukan stimulasi yang lebih kuat lagi (Penanganan Anak Berkelainan/Anak dengan Kebutuhan Khusus : Rini Hildayani, dkk. UT modul 10).

Taman Kanak-Kanak (TK) didirikan untuk menjembatani kondisi lingkungan keluarga dan sekolah yang sesungguhnya (sekolah dasar). Sebelum anak memasuki lingkungan SD, memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki dan membentuk perilaku-perilaku yang nanti akan dibutuhkan anak.

Berdasar pengalaman penulis sebagai pendidik TK, permasalahan dengan anak yang hiperaktif dalam kegiatan belajar mengajar, perlu penanganan yang cermat dalam memilih metode ataupun media pembelajaran. Salah satunya melalui metode bercerita dengan boneka tangan.

Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita secara lisan. Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Moeslichatoen (2004:157) mengatakan metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cyang digunakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak. Dalam bercerita dapat menggunakan berbagai media, salah satunya boneka.

Teknik boneka tangan bentuknya macam-macam binatang dan ada pula boneka tangan “keluargaku” yang terdiri dari anggota keluarga inti. Yaitu kakek, nenek, ayah, ibu, anak perempuan dan anak laki-laki.

Gurupun dapat menyiapkan berbagai media boneka, bisa dari bahan kain/kaus kaki dan tangan untuk boneka tangan. Serta dapat pula terbuat dari karton, kertas bekas tempat makanan dan lainnya.

Boneka tangan merupakan media permainan edukatif dari kegiatan mendongeng, berbicara atau melakukan percakapan yang sangat cocok dimainkan oleh orang tua dengan anak, guru dengan siswanya. Bertujuan meningkatkan kedekatan mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi atau memusatkan perhatian.

Metode bercerita dengan boneka tangan menurunkan perilaku hiperaktif anak sehingga dapat menumbuhkan kesadaran, rasa senang, perhatian dan ketertarikan anak dalam mengikuti proses pembelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran lebih maksimal. (*/lis)

Guru TK ABA Menayu, Muntilan, Kab Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya