Yang jelas, akhirnya Daniels menerima uang tutup mulut sebesar USD 130 ribu (Rp 1,9 miliar). Tepatnya sebelum Pilpres AS 2016, yang akhirnya dimenangkan Trump.
Nah, transaksi itulah yang menjadi inti dakwaan jaksa wilayah Manhattan Alvin Bragg. Trump dilaporkan atas kemungkinan pelanggaran undang-undang kampanye.
Sebetulnya, kasus demikian itu disebut legal di AS.
”Tapi, jika Anda mencalonkan diri sebagai presiden, maka Anda harus mengungkapkannya sebagai pengeluaran kampanye di bawah hukum federal dan dia (Trump) tidak melakukan itu,” ucap Prof Richard Painter, kepala pengacara etika Gedung Putih pada 2005–2007, dan analis politik Eric Ham, seperti dikutip BBC.
Transaksi Trump dan Daniels terungkap pada 2018. Artinya, Trump sedang menjadi presiden AS.
Saat itu Daniels meminta pengadilan untuk membatalkan perjanjian kerahasiaannya dengan Trump. Lalu, Daniels mulai berkeliling di acara televisi untuk menceritakan kisahnya dengan Trump.
Dalam wawancara dengan CBS, Daniels menyebut dirinya bukan korban. Hubungannya dengan Trump berdasar suka sama suka.
Bersamaan dengan proses peradilan Trump, pengadilan banding di California memutuskan bahwa Daniels harus membayar USD 122 ribu (Rp 1,8 miliar) untuk biaya hukum yang dikeluarkan Trump. Hal itu terkait gugatan pencemaran nama baik yang diajukan Daniels terhadap Trump dan ditolak pengadilan.
Sementara itu, ternyata Daniels bukan satu-satunya ”selingkuhan” Trump. Jaksa menyebut ada perempuan lain.