RADARSEMARANG.COM- Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain.
Membaca memberikan kontribusi terhadap keberhasilan aspek-aspek lainnya dalam mempelajari sebuah bahasa. Orang yang banyak membaca akan mendapatkan pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca.
Melalui pengetahuan yang dimiliki, orang dapat mengomunikasikan kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, membaca dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bentuk lain.
Apalagi dalam masyarakat yang berteknologi modern, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam membaca merupakan cacat yang serius dalam kehidupan (Rubin dalam Slamet 2003: 74).
Walaupun perhatian lebih difokuskan kepada keterampilan membaca, namun dalam proses pembelajaran tidak semua anak mampu melakukan aktivitas membaca tersebut.
Berdasarkan hal di atas, peserta didik yang telah mendapatkan pembelajaran bahasa Inggris selama satu setengah tahun diharapkan mampu memahami dan mempraktikkan bahasa Inggris yang telah dipelajarinya.
Serta mampu memahami teks pendek baik functional text maupun essay text. Kenyataannya, dari hasil observasi guru diperoleh hasil bahwa, peserta didik pada SMP Negeri 2 Randudongkal kelas 8 pada umumnya belum mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara lancar, akurat.
Bahkan sebagian dari mereka ada yang belum mampu menjawab pertanyaan yang dilemparkan secara monolog. Apalagi untuk memahami pertanyaan bacaan, khususnya yang berbentuk teks esai.
Maka, guru perlu menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami makna dalam aspek membaca.
Metode yang dipakai adalah Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan meningkatkan penguasaan akademik.
Tipe ini dikembangkan oleh Kagan (Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor dan kesempatan menjawab pertanyaan guru.
Saat terdapat kelompok yang ingin menjawab pertanyaan, maka guru akan memilih secara acak salah satu siswa dari anggota kelompok tersebut dengan cara mengocok nomor yang telah dimiliki masing-masing anggota kelompok penjawab.
Seperti yang diungkapkan Shoimin (2017, 108) model NHT adalah model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya. Sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima.
Model pembelajaran berkelompok seperti NHT bisa meningkatkan keaktifan siswa, karena masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap tugasnya. Juga bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa tertekan.
Menurut Amri (2015) kelebihan NHT antara lain memperluas pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, melatih siswa berani menyampaikan pendapat. Terciptanya saling percaya, serta kerja sama antarsiswa dan antaranggota kelompok untuk berpikir dalam menyelesaikan satu tugas atau masalah.
Siswa saling berpikir aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mampu untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Dengan pembelajaran kooperatif model NHT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (uj/lis)
Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Randudongkal, Kabupaten Pemalang