27.2 C
Semarang
Tuesday, 24 June 2025

Mengintegrasikan Karakter Religius dalam Stoikiometri

Oleh Runi Hidayati,S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pada hakekatnya tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang utuh. Tapi dalam prakteknya hanya menekankan aspek kognitif dengan sistem ujian akhir yang menghasilkan nilai (Zamroni,2003: 154).

Selama ini kebanyakan orang berpendapat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral, karakter, dan akhlak hanya bisa melalui pendidikan agama. Anggapan tersebut tidak salah. Sebab agama selalu mengajarkan bagaimana peserta didik memiliki moral, karakter, dan akhlak luhur. Tetapi sebenarnya pendidikan sains termasuk kimia juga bisa dijadikan pendekatan membangun moral, karakter, dan akhlak mulia. Melalui pendidikan sains peserta didik akan mengenal dirinya dan Tuhan. (Kasmadi,2017: 11).

Penulis sebagai guru SMA N 1 Nalumsari Jepara sudah mencoba menumbuhkan karakter religius dalam materi stoikiometri. Dalam stoikiometri berlaku hukum alam : Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust ), Hukum Perbandingan Ganda (Hukum Dalton) Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier), Hukum Avogadro, Hukum Gay Lussac, massa atom, massa molekul/ massa rumus, dan konsep mol. Dalam stoikiometri dipelajari komposisi unsur dalam senyawa, massa zat pereaksi dan massa hasil reaksi.

Menurut Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust menyatakan perbandingan massa unsur-unsur dalam satu senyawa adalah tertentu dan tetap. Contoh senyawa air rumus kimianya H2O, memiliki perbandingan massa H dan O sebagai 1: 8. Jika ada senyawa yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen yang perbandingan massa tidak 1: 8 pastilah senyawa itu bukan air. Karakter religius yang bisa dimasukkan adalah kejujuran.
Berapapun massa hidrogen dan oksigen yang tersedia dalam pembentukan air selalu mengambil perbandingan massa H : O =1: 8. Jika massa yang tersedia berlebih akan ditemukan kembali di akhir reaksi. Unsur-unsur di alam selalu mengikuti hukum alam yang pasti. Alangkah indahnya jika manusia mengikuti konsep ini, maka budaya manipulasi, dan korupsi tidak terjadi.

Setiap 18 gram H2O dielektrolisis, hasil maksimalnya adalah 2 gram hidrogen dan 16 gram oksigen. Massa hasil reaksi maksimal sesuai hukum kekekalan massa yang dihasilkan disebut massa hasil reaksi. Persentase massa hasil reaksi terhadap massa hasil maksimal menurut Hukum Lavoisier disebut persen hasil. Semakin tinggi persen hasil yang dihasilkan, semakin baik reaksi berlangsung.

Karena menghasilkan produk yang maksimal, jadi efisiensinya juga maksimal. Dalam karakter religius karakter boros harus dihindari, karena itu perilaku setan. Sebagaimana tertera dalam Alquran S. Al Isra 27: Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-Nya.

Contoh lain konsep stoikiometri untuk menentukan kadar suatu produk. Larutan cuka yang dijual di pasaran pada umumnya tertulis labelnya berkadar 15 persen – 25 persen. Guru dapat menugaskan siswa menghitung kadar asam cuka sebenarnya di pasaran dengan proses titrasi asam basa. Produsen produk-produk kimia untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar perlu belajar stoikiometri dengan meningkatkan persen hasil reaksi atau efisiensinya. Jadi proses dan produknya halal, jangan berbohong dengan memalsukan label kuantitas dan label halal tanpa bukti yang bisa dipertanggung jawabkan.

Dari beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan, karakter religius dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran kimia. Perilaku jujur, menghindari pemborosan, perlu ditanamkan dalam kepribadian peserta didik. Mempelajari sains tidak hanya menguasai aspek kognitif saja, tetapi juga aspek sikap, dan religius. Sehingga terbentuk manusia seutuhnya berilmu, menguasai teknologi dan berakhlakul karimah. (kj1/fth)

Guru SMA N 1 Nalumsari Kabupaten Jepara


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya