RADARSEMARANG.COM, Semarang – Setiap musim penghujan, Sungai Plumbon menjadi momok menakutkan bagi warga Kelurahan Mangkang Kulon dan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, serta Wonosari, Kecamatan Ngaliyan.
Maklum saja, jika hujan deras, sungai ini kerap meluap hingga menggenangi permukiman warga. Awal November lalu misalnya, puluhan rumah warga tergenang karena amukan Sungai Plumbon.
Pantauan Jawa Pos Radar Samarang, sungai yang membelah wilayah Mangkang Kulon dan Mangunharjo ini memiliki sedimentasi yang cukup tinggi. Banyak terdapat pulau-pulau tanah di sepanjang aliran sungai, tepatnya mulai Jalan Pantura Semarang-Kendal hingga muara sungai yang ada di pesisir laut Mangkang.
Pulau tersebut membuat aliran sungai tidak lancar, bahkan aliran sungai kian menyempit hingga selebar dua sampai tiga meter saja. Belum adanya normalisasi membuat warga waswas, apalagi intensitas hujan semakin tinggi akhir-akhir ini. Warga khawatir sungai kembali meluap, atau yang paling ngeri sampai tanggul jebol hingga terjadi banjir bandang.
“Setiap hujan, kami waswas dan memilih nggak tidur. Khawatir ada banjir lagi, yang bisa menerjang wilayah kami,” kata Riyanto, warga RT 3 RW 5 Kelurahan Mangunharjo.
Hal yang sama diutarakan Camat Tugu Kusnandir. Ia menyebut jika Sungai Plumbon mendesak dilakukan normalisasi. Karena banyak tanggul sungai yang sudah kritis, serta sedimentasi yang bisa dibilang sangat parah. Hal ini kerap menyebabkan sungai meluap hingga menggenangi perkampungan. Titik terparah, kata dia, berada di wilayah Mangkang Kulon RT 1 RW 1.
“Perlu dilakukan normalisasi agar warga tidak lagi kebanjiran. Fisik tanggul cukup tua, sehingga ketika air limpas, ada beberapa titik tanggul yang bocor hingga akhirnya jebol,” jelasnya.
Sementara itu, kondisi tanggul yang jebol sepanjang lima meter pada awal November lalu sudah diperbaiki, termasuk tanggul yang dinilai kritis dan dikhawatirkan bocor telah dibangun lebih kokoh meskipun hanya sepanjang kurang lebih 20 meter.
Surati PSDA Jateng
Sebelum membelah Jalan Pantura, Sungai Plumbon juga melewati Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan. Lurah Wonosari Utomo mengatakan, pihaknya sudah berkirim surat ke PSDA Provinsi Jateng untuk penanganan luapan Sungai Plumbon. Selain itu, pihaknya juga menggandeng Sango dan DPU Kendal hingga pengelola jalan nasional sebagai upaya pembangunan.
Utomo menjelaskan, pada Kamis malam lalu terjadi banjir akibat luapan Sungai Plumbon. Karena di selatan wilayah Wonosari RW 1 dan RW 2 terdapat dam air.
Meski sudah ada petugasnya, karena saking derasnya hujan, menyebabkan air sungai meluap. Akibatnya, saluran sekunder yang mengairi kawasan sawah di sekitar Wonosari dan kawasan Kaliwungu jebol karena tidak mampu menahan debit air.
Banjir langsung menggenangi lahan pertaian dan pemukiman. Kemarin sudah ditinjaklanjuti oleh ketua RW dan Sibat dengan berkoordinasi PSDA Provinsi Jawa Tengah dibuat bronjong untuk penanganan sementara dengan anggaran yang ada. Saluran yang jebol ada tiga titik, yakni di RW 2 satu titik, ada di RW 1, dan satu titik ada di persawahan RW 1.
Diakui, lurah Utomo membuat surat dari pak ketua RW kepada PSDA Provinsi. Yang dilakukan pertama kali adalah survei dan menindaklanjuti, kemudian di hari kedua dinas PSDA Provinsi tidak bisa datang akhirnya diundur. “Tapi sudah ada tindakan dibronjong dulu. Karena kalau ada hujan meluapnya ke rumah warga,” katanya.
PSDA Provinsi Jateng akan segera menindaklanjuti karena curah hujan yang semakin tinggi. Banjir kali ini dari saluran sekunder, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dari saluran sekunder dan air dari hutan.
“Air dari hutan yang luar biasa. Karena air dari hutan mendorong ke saluran sekunder. Itu yang meluap Sumberrejo Kendal dan RW 1 dan RW 2 Wonosari,” jelasnya.
Banjir kali ini tidaklah parah karena sebentar dan sedikit. Selain itu, banjir juga terjadi di depan kantor kelurahan. Mulai dari Sango sampai dengan tikungan jalan cor. Karena yang tikungan larinya ke Utara. “Kalau hujan parah. Karena ada peninggian cor. Larinya ke depan kelurahan dan batas Randugarut,” ungkapnya.
Terdapat permasalahan dari saluran air. Yakni saluran air yang larinya ke gorong-gorong ke utara tidak maksimal karena tertutup oleh sedimentasi. “Ada tanah, dan mandek ke utara,” ungkapnya.
Pihaknya sudah bersurat ke PSDA Provinsi Jateng. Karena itu jalan nasional, nantinya pembangunan akan berkoordinasi dengan PSDA Provinsi, BBWS, DPU Kota Semarang, dan Pengelola Jalan Nasional. Karena gorong-gorong yang menjadi saluran air tidak maksimal. “Jadi, kalau setiap hujan akan banjir,” katanya.
Selain itu, terdapat gorong-gorong di bawah rel yang tertutup sedimentasi. Ia menambahkan, terdapat lima titik banjir di Kelurahan Wonosari. Yakni, di dekat BPKP (Rumah Makan Sampurna), dekat ojek Sango, depan kantor kelurahan Wonosari, RT 1 tikungan, Aneka Jaya Pasar Mangkang, dan di daerah Plumbon. “Karena air yang ke utara tidak maksimal dan tertutup sedimentasi,” katanya.
Pihaknya sudah bersurat dengan tujuan mendorong provinsi dengan pusat. Karena jalan tersebut merupakan jalan nasional. Selain itu, pihaknya juga melibatkan Sango yang nantinya akan melibatkan PSDA Kabupaten Kendal dan DPU Kendal. “Kalau di jalan sekitar sini kan Bonbin dan pabriknya saja. Kalau sana sudah masuk Sumberrejo Kendal,” jelasnya.
Ketua RT 11 RW 2, Foni, menjelaskan banjir yang paling terdampak berada di Jalan Gunungjati Utara. Karena wilayah tersebut termasuk daerah yang sangat rendah. Bahkan pernah terjadi banjir setinggi leher pria dewasa pada Februari silam. “Banjir Kamis lalu hampir sedengkul. Semakin ke pojok semakin dalam,” jelasnya.
Akan Dinormalisasi setelah Sungai Beringin
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Sih Rianung mengatakan, Sungai Plumbon memang perlu dilakukan normalisasi. Namun sungai tersebut tidak masuk kewenangan Pemerintah Kota Semarang, melainkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
“Sudah ada rencana BBWS dengan memasukkan program normalisasi Sungai Plumbon, hanya saja belum direalisasikan,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Saat ini, lanjut dia, BBWS tengah melakukan normalisasi Sungai Beringin yang juga berada di wilayah Mangkang.
Menurutnya, Sungai Beringin juga perlu diantisipasi mengingat pada tahun lalu sempat jebol beberapa kali, dan mengakibatkan banjir di wilayah Mangkang. “Tahun lalu tidak hanya Plumbon, tanggul Beringin juga jebol sampai lima kali,” tambahnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, persoalan banjir di Mangkang memang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot Semarang. Ada dua persoalan yang belum terselesaiakan, yakni normalisasi Sungai Plumbon dan Beringin. Untuk Sungai Beringin sedang dilakukan normalisasi dan perkiraan bisa selesai pada pertangahan 2022. “PR setelah Beringin selesai, kami selesaikan Plumbon,” ucap dia.
Jika sudah direncanakan normalisasi, menurut pria yang akrab disapa Hendi ini, masyarakat juga perlu memberikan dukungannya, terutama dalam pembebasan lahan. Jika pembebasan lahan tidak segera berjalan, normalisasi pun akan semakin lama.
“Pembebasan lahan nanti tetap dengan konsep ganti untung. Tapi, kalau masyarakat tidak mau melepas, proyeknya ya tidak bisa berjalan lancar,” terangnya. (den/fgr/aro)