RADARSEMARANG.COM, Semarang – Perkembangan dunia startup yang ditopang kemajuan teknologi digital kini terkendala akibat munculnya pandemi Covid-19. Sebagian besar pelaku usaha startup yang tak mampu mempertahankan bisnisnya terpaksa gulung tikar. Sedangkan yang masih bertahan adalah para pelaku yang mampu menyesuaikan diri pada situasi pandemi dan tren perilaku hidup baru.
Hal tersebut terungkap dalam Forum Group Discussion (FGD) via zoom meeting bertema ‘Produktif dan Berkreasi di Tengah Pandemi’, Rabu (30/12/2020) kemarin. FGD ini menghadirkan narasumber Septi Wulandari seorang reseller baju dan produk rumah tangga, Prasetyo Bayuaji founder Pasarku Semarang, dan Kristiyanto alias Yanto pengusaha Kayuki Temanggung.
Perlu diketahui berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 139 eksekutif startup digital pada Mei sampai Juni 2020 lalu. Jika akhir 2019 lalu, ada 74,8 persen kondisinya baik dan sangat baik. Kini hanya 33 persen startup yang kondisinya baik, dan 42,5 persen berada dalam kondisi buruk.
“Pandemi Covid-19 memang menjadi momok bagi para pelaku dunia startup. Tapi dengan adanya pandemi, ada beberapa pelaku dunia startup yang mendapatkan keuntungan. Yakni pelaku startup yang berjalan di bidang online,” kata Founder Pasarku Semarang, Prasetyo Bayuaji.
Menurut Bayuaji, peningkatan transaksi e-commerce tahun ini lumayan tinggi dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan e-commerce yang meningkat pesat ini disebabkan oleh perubahan perilaku konsumen yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja online terutama di masa tren perilaku hidup baru.
Hal ini senada dengan yang dialami oleh Septi Wulandari. Sebagai reseller baju dan produk rumah tangga, penjualannya sungguh luar biasa di masa pandemi. Untuk penjualan baju daster dan baju rumahan sampai sekarang masih stabil. Sedangkan penjualan produk rumah tangga, peminatnya banyak sekali.
“Angka penjualan di awal pandemi pada Maret sampai September mengalami kenaikan. Saya bisa mendapatkan omzet mencapai Rp 30 juta selama satu bulan. Tapi mendekati akhir tahun mengalami penurunan, Oktober omzet menurun hingga Rp 15 juta,” ucapnya.
Menurutnya, peningkatan penjualan produk rumah tangga, karena banyak orang di-PHK atau disuruh work from home (WFH). Hal ini sangat berpengaruh, karena dengan orang dirumahkan, mereka mengalami kejenuhan dan mencari hal-hal yang menarik. Seperti memasak, melakukan dekorasi rumah, berbelanja baju melalui online karena takut keluar rumah dan masih banyak lagi.
Kristiyanto pemilik usaha Kayuki Craft Temanggung mengatakan sebelum pandemi, ia membuat jam tangan, kotak multifungsi, pigura foto, hingga aneka hiasan dinding beragam tema. Tapi di masa pandemic, hiasan dinding menjadi salah satu yang diunggulkan saat pandemi. “Saya menjualkan hasil kerajinan tangan melalui aplikasi jual beli online, yakni Tokopedia dan Shopee,” ucapnya.
Bayu juga menambahkan, alasan membuat Pasarku Semarang, karena dampak pandemi Covid-19. Ia merintis Pasarku Semarang April 2020, sebagai upaya menjembatani antara pedagang pasar dengan para konsumen. Awalnya untuk penjualan produk lewat whatsapp dan instagram. Dengan men-display sekomplet mungkin, untuk menarik para pengguna media sosial di Semarang. Tapi berjalannya waktu, banyak respon positif yang datang dari masyarakat. Ia mencoba mengembangkan Pasarku Semarang dengan membuatkan aplikasi.
“Tujuan kami membuat aplikasi ini, karena ingin memudahkan masyarakat di Semarang bisa berbelanja di pasar tanpa keluar rumah. Hal ini sebagai upaya kami, memajukan pasar tradisional, biar tidak kalah saing dengan pasar modern. Dan pasar bisa naik kelas di tangan para konsumen,” ucapnya.
Bayu juga ingin merangkul dan menambah omzet dari para pedagang pasar, serta menaikkan derajat para pedagang pasar, dengan produk yang lebih fresh. Dengan begitu, masyarakat masih bisa menikmati meskipun harus belanja dari rumah.
Septi memberikan tips untuk menjadi seorang reseller. Kuncinya harus berani memulai. Memaksimalkan database di kontak WA, Medsos, Facebook dan media sosial yang digunakan. Jual barang yang disukai atau digemari, karena dengan itu mempermudah memahami jenis barang yang akan dijual. “Jangan pernah menyerah dan jangan banyak berpikir kalau ingin menjadi reseller. Karena menjadi reseller itu gratis tanpa biaya. Kecuali kalau, mau nyetok barang, itu harus pakai modal,” ucapnya.
Ia juga menambahkan menjadi reseller juga harus pandai manajemen waktu. Tidak selalu memberikan respon ke customer, karena nanti malah mengganggu kegiatan yang lain. “Hal ini biasanya terjadi pada reseller pemula, mereka akan 24 jam memberikan respon ke customer. Padahal menurutnya hal ini sangat tidak direkomendasikan,” ujarnya.
Septi berharap untuk tahun 2021, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kondisi di Indonesia menjadi semakin membaik. Bayu juga senada, ia berharap tahun depan pandemi Covid-19 segera menghilang dan kondisi kembali normal.
Ia juga mengatakan, meskipun pandemi sudah tidak ada, Pasarku Semarang akan tetap bertahan, dengan tujuan tetap membantu masyarakat dalam berbelanja di pasar dan membantu pedagang pasar dalam mempromosikan produk jualannya serta meningkatkan derajat pasar tradisional di Semarang. (cr1/ida)