RADARSEMARANG.COM, PEKALONGAN-Pekalongan menjadi daerah terparah yang terdampak banjir di Jawa Tengah. Dari beberapa daerah yang banjir akibat hujan deras pada Rabu dan Kamis (18-19/2), Pekalongan menjadi daerah paling terdampak. Banjir di Pekalongan melanda dua kelurahan, yakni Kelurahan Tirto dan Pasirkratonkramat. Akibatnya, sebanyak 306 warga terpaksa mengungsi di aula kecamatan dan masjid setempat. “Awalnya 306 warga, sekarang sudah berangsur berkurang tinggal 265 warga yang mengungsi,” kata Camat Pekalongan Barat, M Taufiqurrahman, Jumat (21/2).
Ketinggian air, lanjut Taufik, saat awal terjadi banjir mencapai 140 sentimeter. Banjir menurutnya akibat limpasan dari sungai Bremi. “Ada juga warga yang mengungsi di Masjid al-Karomah Pekalongan,” terangnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang seharian berkeliling memantau banjir dari Kudus, Pemalang, Pekalongan dan Batang membenarkan bahwa banjir Pekalongan yang terparah. Selain banyaknya pengungsi, parahnya banjir Pekalongan karena luasan banjir dan ketinggian airnya. “Dari beberapa daerah yang tadi saya kunjungi yakni Kudus, Pemalang, Pekalongan dan Batang, memang di sini yang terparah,” ucapnya.
Penanganan banjir di Pekalongan, lanjut Ganjar, memang harus dilakukan berbeda. Sebagai salah satu kota besar, permasalahan lingkungan menjadi penyebab utama banjir. “Makanya, tadi saya perintahkan Wali Kota Pekalongan untuk mengeruk saluran-saluran di tengah kota. Keluarkan semua alat berat dan optimalkan sumberdayanya untuk mengatasi ini. Karena, sampai Maret nanti, cuaca masih tidak menentu,” tegasnya.
Selain tanggul raksasa yang sedang dibuat, permasalahan banjir di Pekalongan harus diantisipasi dengan perubahan penataan kota. Pihaknya memerintahkan Pemkot Pekalongan melakukan penataan drainase tengah kota. “Drainase harus ditata ulang. Yang kecil-kecil harus dibesarkan agar aliran air lancar. Sambil menunggu tanggul laut selesai, program itu harus ditingkatkan,” ucapnya.
Tentu saja, lanjut Ganjar, untuk mengatasi banjir di Pekalongan bukanlah perkara gampang. Pemkot tidak akan mungkin bisa menyelesaikan, apabila hanya mengandalkan kekuatan sendiri. “Kerjasama dengan kami di Pemprov dan Pemerintah Pusat harus dilakukan. Tidak akan mampu kalau kerja sendiri,” imbuhnya.
Masyarakat, lanjut dia, diminta mendukung upaya pengendalian lingkungan ini. Budaya hidup bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuang limbah batik di sungai harus digalakkan. “Sebagai kota yang terkenal dengan batiknya dan sering dikunjungi wisatawan, masyarakat Pekalongan harus hidup bersih. Bersih itu nomor satu. Kalau itu bisa dikerjakan, maka teknis pekerjaan lainnya bisa membantu,” tutupnya.
Sementara itu, banjir yang melanda Desa Kesambi Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus membuat ratusan rumah warga terendam. Jebolnya Sungai Piji membuat puluhan warga Kudus terpaksa mengungsi.
Untuk memastikan kondisi warga, Ganjar Pranowo langsung meninjau lokasi banjir, Jumat (21/2). Sebelum melihat tanggul yang jebol, Ganjar menengok puluhan pengungsi yang masih bertahan di balai desa setempat. “Semua sehat? Ada yang sakit tidak. Semua sudah makan kan?” sapa Ganjar pertama kali saat melihat para pengungsi.
Kedatangan Ganjar seperti obat bagi 69 warga yang mengungsi. Kepada pria berambut putih itu, warga bercerita bagaimana saat limpasan air Sungai Piji membanjiri rumah mereka. “Sedada pak, semua basah. Tidak bisa tidur di rumah. Alhamdulillah sekarang sudah surut,” kata Sukini,47, salah satu warga.
Ganjar dengan telaten mendengarkan cerita para pengungsi. Ia pun sesekali menghibur mereka dengan candaan-candaan yang membuat ger-geran. “Yang penting sehat. Tanggulnya nanti segera diperbaiki. Kalau ada yang sakit, langsung minta diperiksa,” pinta Ganjar.
Usai melihat pengungsi, Ganjar melihat kondisi tanggul yang jebol menggunakan sepeda motor. Di lokasi, ia senang karena warga bergotong royong bersama TNI/Polri, BPBD serta relawan untuk membuat tanggul darurat dari kantong sak.
“Alhamdulillah tanggul darurat sudah dibuat, nanti kami segera permanenkan. Yang penting pengungsinya dulu. Kedatangan saya ke sini untuk memastikan pengungsi aman, logistik ada, obat-obatan ada, dapur umum ada dan sebagainya,” kata Ganjar.
Ganjar menerangkan, sedimentasi di Sungai Piji memang sudah tinggi. Untuk itu, pihaknya meminta agar BBWS segera melakukan pengerukan sedimentasi. “Normalisasi, pengerukan sedimentasi itu hanya jangka pendek. Kita harus bicara jangka panjang, dengan menanam di kawasan atas. Mau bicara normalisasi tidak akan pernah cukup kalau hulunya rusak,” pungkasnya. (sga/lhr/nor/ida)