30 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Omzet Merosot 60 Persen

Puluhan Kios PKL Barito di Relokasi MAJT Kosong

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Pasar Relokasi PKL Barito di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) kini ditinggalkan oleh para pedagang. Hal tersebut terlihat dari masih ada puluhan kios yang tidak ditempati. Tercatat, dari total 455 kios yang ada, lebih dari 60 kios masih kosong. Pasalnya, pasca pindah, perputaran roda perekonomian di pasar relokasi tersebut semakin tidak stabil. Sehingga para pedagang mengambil langkah menutup usaha mereka.

“Kalau kita bandingkan dengan di tempat lama, penjualan di sini masih 40 persen. Karena di sini masih sepi,” keluh Ketua Paguyuban Pedagang Barito ‘Karya Mandiri’ Blok A-H, Rohmad Yulianto kepada RADARSEMARANG.COM.

Dikatakannya, dari total 455 kios yang ada, lebih dari 60 kios belum ditempati pedagang. “Saya kurang tahu apakah mereka mencari tempat lain atau bagaimana? Kondisinya memang belum stabil,” katanya.

Tidak stabilnya perputaran ekonomi juga dirasakan oleh Rohmad. Ia membeberkan adanya penurunan omzet harian secara drastis dibanding di tempat lama. Bahkan rata-rata penurunan omzet mencapai 60 persen.

“Misalnya di tempat lama, rata-rata dalam sehari bisa dapat omzet Rp 1 juta, di sini hanya Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu. Bahkan kadang-kadang ‘blong’, tidak ada satupun pembeli. Tidak dapat uang. Ini menjadi masalah bagi kami,” keluhnya.

Dari kondisi tersebut, lanjutnya, sebagian besar pedagang tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia mengakui jika tabungannya terkuras lantaran membangun kios di kawasan relokasi MAJT dengan uangnya sendiri.

Dikatakan, hal itu juga dialami oleh sebagian besar dari pedagang. Bahkan beberapa pedagang mengaku menjual beberapa barang mereka hanya untuk membuat kios di kawasan relokasi itu.

Itupun tidak cukup, sehingga mereka harus memfasilitasi diri dengan pinjam ke koperasi. “Nah, untuk membayar cicilan ini aja banyak pedagang yang keteteran, banyak yang terlambat bayar. Padahal cicilannya hanya Rp 366 ribu dalam kurun waktu dua tahun,” katanya.

Hal itu lantaran kondisi pasar relokasi yang kian sepi. Menurutnya, keberadaan pasar relokasi Barito di MAJT tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Ia mengungkapkan jika sudah memakai berbagai upaya untuk mendatangkan pembeli.

“Tetap saja masih banyak pelanggan tidak mengetahui bahwa pedagang Barito sekarang pindah di kawasan MAJT,” ujarnya.

Kendala yang dihadapi oleh pedagang lantaran posisi mereka yang berada di bagian paling belakang.

“Orang yang tidak pernah kontak dengan kami dipastikan tidak mengetahui lokasi kios-kios kami. Bahkan pelanggan yang pernah kontak pun tidak tahu,” katanya.

Karena kondisi itulah, omzet mereka pun merosot tajam. “Bahkan kalau dulu bisa dilihat pelat kendaraan pengunjung banyak dari luar kota. Sekarang hampir tidak ada pengunjung dari luar kota. Pengunjungnya rata-rata hanya warga Kota Semarang,” akunya.

Sejauh ini, fasilitas jalan, drainase dan listrik memang sudah dipenuhi oleh Pemkot Semarang. Namun untuk fasilitas umum, seperti air dan lampu penerangan jalan, belum disentuh sama sekali.

Ia berharap Pemkot Semarang membantu dengan ikut menyosialisasikan kepada masyarakat luas. Jika PKL Barito kini sudah pindah ke kawasan relokasi MAJT. “Karena kondisi sepi ini membuat pedagang dalam kondisi memprihatinkan,” keluhnya.

Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fravarta Sadman mengungkapkan jika kemungkinan PKL Rejosari dan Bugangan yang kiosnya sudah dibongkar akan ikut gabung di kawasan MAJT. “Di sana masih banyak kios, sehingga memungkinkan untuk para PKL dari Rejosari dan Bugangan usai dibongkar. Untuk pembagiannya seperti apa kita persilakan mereka rembugan sendiri,” ujarnya. (ewb/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya