RADARSEMARANG.COM, Pelestarian budaya yang dicanangkan pemerintah, memiliki pengaruh besar pada perekonomian masyarakat pedesaan. Terutama para pengrajin jaran kepang yang merupakan kesenian khas Kota Tembakau Temanggung. Namun kepedulian pemerintah, belum nyata dirasakan pengrajin.
PERJALANAN Supri Wanto warga Kembang Dlimoyo Kecamatan Ngadirejo, memang telah memiliki sentra produksi Jaran Kepang. Ia beri nama Kandang Jaran Gus Pri. Pria yang mengaku telah memasarkan hasil karyanya hingga luar negeri ini, tak lantas sesukses ini. Sempat jatuh bangun hingga bisa setenar saat ini.
Bahkan pria yang akrab disapa Gus Pri ini mengaku telah berkali-kali meminjam uang ke bank untuk modal usahanya, namun selalu mengalami kegagalan. “Awalnya saya setelah menikah memang disuruh ibu saya untuk membuka usaha sendiri. Meski sudah ada usaha jaran kepang yang turun temurun dari kakek saya sampai ayah saya,” ucapnya.
Bermodal uang Rp 250 ribu dan doa restu dari ibunya, ia pun mulai memproduksi sendiri jaran kepang. “Dulu awalnya saya jual untuk mainan anak-anak seharga Rp 10 ribu per biji,” ungkapnya.
Suami dari Ayu Ismilatun ini, mengaku dirundung sulit awal berwirausaha jaran kepang. “Engak semua pasar menerima, karena ada produk-produk lain yang lebih bagus. Selain itu, saya mungkin belum pernah memasarkannya,” tuturnya
Pernah suatu ketika, lanjutnya, setor kuda kepang sebanyak 40 biji dengan mengendarai sepeda motor agar lekas sampai pasar. “Saat itu saya naik motor kenceng, karena khawatir Pasar Boja tutup. Tapi, jaran kepang saya itu berjatuhan saking kencengnya naik motor. Saya pun kembali mencarinya di sepanjang jalan yang saya lalui. Saya jadi lupa bahwa pasar sudah tutup. Sampai pasar, saya tinggal bawa 20 biji,” ceritanya mengenang.
Sempat pula meminjam uang ke bank dengan harapan usahanya bisa besar dan berhasil. Justru kegagakalan yang dia hadapi. “Pernah saya beranikan diri ambil bank Rp 4 juta, ternyata malah bangkrut karena berbagai hal. Kemudian saya ambil lagi Rp 5 juta, bangkrut lagi. Namun dengan ikhtiar dan semangat yang tinggi, akhirnya bisa seperti saat ini,” ungkapnya.
Gus Pri sendiri mengaku sejauh ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat ataupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung. “Padahal saya kenal berbagai pengrajin jaran kepang di Jawa Timur yang selalu di-support oleh Pemkab setempat. Tapi di Temanggung ini kok belum,” kata prihatin.
“Saya tidak terlalu berharap bantuan, tapi kalau dibantu tentu saya terima,” katanya dengan senyum.
Dengan usaha yang digelutinya, saat ini pria yang menjabat sebagai Ketua Pembina Paguyuban Jaran Kepang Temanggung ini bertekad melestarikan kebudayaan asli Jawa tersebut. Bahkan dirinya mencoba mengedukasi anak-anak sekolah dasar (SD) untuk bisa belajar membuat dan memahami jaran kepang. “Paling tidak, mereka tahu dan paham, sehingga akan terus menjaga dan melestarikan jaran kepang,” harapnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Temanggung, Woro Andijani mengakui bahwa selama ini bantuan Pemkab Temanggung memang baru untuk kelompok kesenian, belum untuk para pengrajin. “Tapi ke depan, bisa menjadi usulan untuk memberikan bantuan kepada pengrajin. Kami akan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tejanggung. Barangkali ada pos-pos yang bisa disalurkan untuk pengrajin,” tandasnya. (tbh/ida)