RADARSEMARANG.COM, BATANG – Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, terkenal dengan kerupuk useknya. Cara menggoreng cemilan khas Batang ini juga unik. Tidak menggunakan minyak, melainkan pasir pantai.
Meski sudah ada metode yang lebih modern, warga tetap menggunakan cara tradisional. Karena untuk mempertahankan ciri khas. Seperti dilakukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Maju Makmur.
Kumpulan ibu-ibu ini konsisten mempertahankan tradisi pembuatan kerupuk usek ini dengan cara digoreng menggunakan pasir pantai.
Ketua KUB Maju Makmur Astuti menjelaskan, kerupuk yang dimasak dengan pasir memang cukup laris di pasaran. Masyarakat sekitar banyak yang menganggapnya lebih sehat. Karena tidak digoreng dengan minyak.
KUB Maju Makmur kini maju dan berkembang. Saat ini sudah ada 21 anggota. Semula hanya 15 orang saja. “Dimasaknya pakai pasir pantai. Pasirnya tetap dipilih-pilih. Yakni bagian dalam, bukan yang atas,” tuturnya.
Pasir pantai yang digunakan memasak kerupuk usek hanya dapat dipakai sekali saja. Jika ingin menggoreng lagi harus diganti dengan yang baru, supaya hasil kerupuk tidak gosong. Lima kilogram pasir pantai bisa digunakan untuk menggoreng 25 kilogram kerupuk. Prosesnya membutuhkan waktu hingga dua jam.
Menurutnya, memasak secara tradisional menggunakan pasir sebagai pengganti minyak. Untuk bahan bakar menggunakan kayu sebagai pengganti gas. Tujuannya utnuk menekan biaya produksi. Semua bahan yang dibutuhkan bisa ditemukan di sekitar lokasi produksi.
Alat yang digunakan pun masih tradisional, tungku berbentuk tabung yang diputar dan dipanasi di bagian bawahnya. Kemudian pasir dimasukkan ke salah satu bagian dari tungku itu.
“Kerupuk dimasukkan ke lubang tungku, sembari diputar, pasir pantai itu sedikit demi sedikit jatuh dalam tungku, ikut mematangkan kerupuk,” tambahnya. (yan/zal)