32 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Setor Rp 90 Juta, Pemuda Asal Purwokerto Ini Gagal ke Australia

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang Andre Pradana Putra, pemuda asal Purwokerto ini hanya pasrah. Impiannya untuk bekerja di Australia belum kesampaian lantaran menjadi korban TPPO oleh jasa penyalur tenaga kerja. Padahal ia sudah menyetorkan uang sebanyak Rp 90 juta.

“Saya masih syok, malu, bingung, uangnya bisa kembali apa tidak. Padahal uang itu dari orang tua, hasil jual tanah, jual emas sama jual kendaraan,” ungkapnya saat di Mapolda Jateng Rabu (21/6).

Andre menyetorkan uang mencapai puluhan juta tersebut setelah bertemu dengan seseorang bernama Adi, pada akhir Desember 2021. Ia dirayu untuk bekerja di luar negeri dengan tujuan ke Australia. Setelah terbujuk, kemudian Andre diperkenalkan dengan seseorang bernama Suciati.

“Diiming-imingi gaji Rp 30-an juta sebulan. Terus ditemukan sama Bu Uci. Pikiran saya bayarannya lumayan, tapi belum tahu kerja apa. Cuma dikasih tahu kerjanya lewat video, diperlihatkan oleh Bu Uci,” jelasnya.

Korban yang semakin terbujuk rayu kemudian diminta untuk menyerahkan uang sebesar Rp 15 juta. Alasannya uang tersebut untuk mengurus administrasi termasuk paspor dan lainnya. Setelah tiga bulan jadi, kemudian diterbangkan ke Australia. “Menyerahkan uang bertahap, pertama 15 juta, kedua sampai berikutnya totalnya Rp 90 juta. Dijanjikan administrasi secepatnya, katanya tiga bulan terbang, sekitar Maret 2022,” jelasnya.

Selama menunggu proses administrasi, Andre juga diminta untuk datang ke tempat latihan kerja. Namun ketika datang beberapa kali, tidak ada kegiatan apapun. Melainkan hanya pengarahan dan janji-janji manis yang disampaikan oleh Suciati. “Latihan kerja Januari 2022. Tapi tidak ada kegiatan, cuma dikasih arahan sama nunggu nunggu saja. Kemudian menjanjikan keberangkatan ke Australia. Katanya kalau tidak jadi berangkat uang bisa kembali. Tapi nyatanya sampai sekarang, uang tidak kembali,” Bebernya.

Kala itu, Andre masih bersabar untuk menjemput impiannya kerja di Australia. Sembari berkomunikasi dengan Suciati menggunakan aplikasi Line. Mereka tidak menggunakan aplikasi WhatsApp pada umumnya. “Alasannya nomornya rusak. Kemudian pakai aplikasi Line. Kalau ditanya ya hanya janji-janji, menunda alasannya nunggu tiket turun, visanya turun. Tapi hanya janji-janji saja,” katanya.

“Setelah itu gak ada kabar, nunggu janji-janji, sampai besok bulan Juni ini berangkat. Nunggu lagi tidak ada kabar. Terus dijanjikan lagi berangkat Agustus, tapi naik kapal laut. Terus saya gak mau, janjinya awalnya naik pesawat,” sambungnya.

Reporter:
M Agus Haryanto

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya