RADARSEMARANG.COM – Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki aneka ragam kekayaan hayati termasuk dari sisi tanaman alias flora. Salah satunya adalah anggrek. Pembudidaya anggrek mulai betebaran di Kota Semarang.
Dari segi jenis, ada ratusan tanaman anggrek. Yang paling terkenal adalah anggrek bulan. Sesuai namanya, jenis ini berbunga mirip bulan purnama yang indah. Ada pula jenis dendrobium, vanda, oncidium atau yang lebih dikenal golden shower.
Di Semarang, sebenarnya Dinas Pertanian telah membuat sentra anggek beberapa tahun silam. Yang bertahan salah satunya di Kawasan Sodong, Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen. Selain itu juga ada kebun milik dinas yang ada di Tambangan, dan Purwosari Mijen.
“Untuk agrowisata anggrek, kita memang belum punya. Tapi ada beberapa asosiasi anggrek di Kota Semarang yang menjadi binaan dinas,” kata Kepala Dinas Pertanian Hernowo Budi Luhur Sabtu (20/5).
Hernowo menjelaskan, jenis anggrek yang dikembangkan petani atau asosiasi anggrek yang menjadi binaan ini sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan, tapi yang paling diminati adalah anggrek bulan. Pemkot juga memiliki rencana untuk membuat sentra anggrek atau agrowisata dengan melibatkan para petani anggrek di ibukota Jateng ini.
“Rencana tentu ada, kita ingin kembangkan anggrek di kebun milik dinas yang ada di Tambangan,” tambah dia.
Dinas Pertanian juga sedang mencoba membudayakan anggrek di kebun milik Pemkot. Bahkan kebun ini memiliki laboratorium sendiri. Sebelumnya dinas juga memiliki kebun anggrek di kawasan Gunungpati, tak jauh di tempat pemancingan Ngrembel Asri. “Dulu memang milik dinas, tapi sekarang kita pindah ke Tambangan dan Purwosari termasuk di sana ada laboratoriumnya,” jelasnya.
Sutikno, salah pembudidaya anggrek di Purwosari, Mijen menjelaskan, bunga dengan nama latin orchidaceae ini digemari karena masuk klasifikasi tanaman yang ekslusif dan mewah ketika sudah berbunga. Tak heran bila pencinta anggrek berasal dari kalangan menengah ke atas.
“Anggrek ini jadi bunga hias yang mewah, bisa ditempatkan di ruangan sebagai hiasan atau di taman. Cara perawatannya pun cukup mudah,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Pak Tik, sapaannya, mengembangkan anggrek dan tanaman hias lainnya di lahan seluas 8 ribu meter persegi. Lahan ini ia jadikan agrowisata sekaligus tempat makan yang bisa dimanfaatkan untuk nongkrong pembeli. “Selain offline, pemasaran juga dilakukan secara online,” tuturnya.
Keistimewaan anggrek lainnya, lanjut pria yang sudah 30 tahun menggeluti anggrek ini, adalah ketika berbunga bisa bertahan berbulan-bulan. Dari segi warna juga sangat indah, ada yang putih terang, ungu, kuning, biru hitam, merah marun dan lainnya, tergantung jenis anggrek itu sendiri.
“Awalnya kita kembangkan bibit botolan, ternyata lama karena dua tahun baru bisa berbunga. Sekarang kita kembangkan sendiri,” tuturnya.