RADARSEMARANG.COM – Mengusung konsep santri kreatif, Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Kendal di Desa Karangmalang, Kecamatan Kangkung, membekali santrinya dengan berbagai keterampilan.
Tidak hanya belajar Alquran dan Hadits maupun Kitab Kuning. Para santri di Ponpes Salafiyah juga diajari berbagai kegiatan ekstra. Salah satunya yang menonjol adalah ekstra Marching Band Salafiyah.
Meski tergolong baru, tapi marching band pondok asuhan Gus Idris Muchtarom dan Gus Tajul Muchtarom ini sudah banyak menuai prestasi. Bahkan pernah menjuarai kompetisi tingkat Jateng-DIY.
“Kami ingin, santri ini memiliki bekal nantinya setelah lulus dari pondok. Jadi tidak cuma pandai mengaji saja. Tapi juga pandai diberbagi keterampilan dan kewirausahaan,” kata Gus Idris Muchtarom.
Menurutnya, santri pandai mengaji itu sudah biasa. Sebab memang setiap hari mereka diajari ngaji Alquran, Hadits, dan kitab-kitab dari ulama-ulama mashur. “Tapi santri yang memiliki soft skill itu menurut kami baru luar biasa,” tegasnya.
Tujuannya sederhana. Yakni membekali santri supaya betul-betul siap ketika harus terjun di masyarakat. “Ada banyak kreativitas yang kami ajarkan. Selain marching band ada juga pencak silat, sepak bola, pramuka, seni baca Alquran, kaligrafi, dan pembelajran mubaligh serta pidato,” paparnya.
Bahkan, atlet pencak silat dari Ponpes Salafiyah Karangmalang ini berhasil menyanet juara 1 tingkat nasional. “Sepak bola kami juga aktif di Liga Santri Nusantara, meskipun belum
Juara. Tapi upaya untuk memberikan keahlian lain sesuai minat dan bakat santri itu kami ajarkan,” paparnya.
Hal senada dikatakan Gus Tajul Muchtarom. Grup Marching Band Salafiyah baru dibentuk, tapi sudah berkali-kalli tampil pada acara tingkat kabupaten maupun Jawa Tengah.
“Bahkan tahun lalu, kami di undang secara khusus oleh bupati Kendal untuk tampil pada acara Pekan Raya Kendal (PRK) dan upacara HUT Kemerdekaan RI di Alun-Alun Kendal,” terangnya.
Inspirasinya, diakui dari KH Maemoen Zubair Al Maghfurllah Rembang. “Meskipun beliau adalah sosok ulama besar nusantara, tapi begitu peduli pada kegiatan ekstra santri yang notabene di luar kegiatan mengaji,” katanya.
Selain itu berkaca dari marching band Pondok Darul Amtsilati Jepara, yang telah berhasil membuat grup marching band santri luar biasa.
Sebenarnya, bibit Marching Band Salafiyah berasal dari grup Drum band pada 1994. Saat itu diakuinya, banyak yang menentang karena dianggap haram. “Karena saat itu musik dianggap tabu bagi kalangan santri maupun pondok pesantren,” paparnya.
Rencananya Juli mendatang, Marching Band Salafiyah akan mengikuti Kejuaraan Jateng Open. Saat ini masih proses persiapan agar nantinya bisa meraih juara.
Bupati Kendal, Dico M Ganinduto mengacungi jempol untuk grup Marching Band Salafiyah. Menurutnya, itu luar biasa karena Ponpes Salafiyah ini berada di perkampungan.
“Luar biasa, ini harus jadi percontohan bagi pondok pesantren lain di Kendal. Yakni untuk mensukseskan one pondok one produk,” ujarnya. (bud/zal)