RADARSEMARANG.COM – SOROT mata Surtini, 51, tajam bak burung Elang menatap deretan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang berdiri kokoh di hadapannya menunggu penumpang.
Tak ada kata yang dia ucapkan dan tak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan perempuan paruh baya itu pada Minggu (16/4) sore.
Sore itu, hujan baru mereda setelah beberapa saat jalanan Kota Jakarta diguyur hujan. Bau tanah yang terguyur air hujan masih terasa.
Namun tak menyurutkan para pemudik bergegas ke Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. Tak terkecuali dengan Surtini dan keluarganya.
Dengan posisi duduk di kursi besi tempat menunggu penumpang, sesekali pandangannya teralihkan oleh aksi cucunya yang masih berusia lima tahun.
Surtini sudah tak tahu persisnya ia menginjakkan kaki di Kota Megapolitan Jakarta. Yang pasti, sejak tahun 90-an, saat masih gadis, ia memutuskan untuk menjejak wilayah baru dari tanah kelahirannya di Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuannya satu, yaitu mencari hidup yang lebih baik lagi.
“Nyari duit susah di Wonosobo. Apalagi dulu. Kalau sekarang Dieng udah rame ya. Dulu mah susah, makanya merantau aja. Udah keenakan merantau,” ujarnya saat berbincang dengan JawaPos.com.
Kerudung putihnya ikut bergetar karena tawanya saat mengatakan itu. Baginya, tempat asing bernama Jakarta sudah menjadi topik yang menyenangkan untuk ditertawakan.