RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang begitu besar bagi dunia pendidikan. Pembelajaran yang semula dilaksanakan di dalam ruang kelas berubah menjadi kelas virtual. New normal kemudian menjadi solusi alternatif dan strategi adaptif khususnya bagi dunia pendidikan agar pembelajaran bisa kembali dilaksanakan.
Hampir 2 tahun siswa melakukan pembelajaran secara online dan kini mereka harus kembali dan dihadapkan pada lingkungan sekitar. Perubahan karakter mulai dirasakan ketika siswa kembali beradaptasi dalam lingkungan sosial.
Kepedulian akan lingkungan sekolah dirasa kurang dilaksanakan secara maksimal. Banyak siswa yang kurang peduli terhadap sampah yang berserakan di sekolah.
Menurut Undang Undang Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Sampah juga bisa diartikan sebagai barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar (Nugroho, 2013).
Pengelolaan sampah perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu pembelajaran yang dirasa sesuai untuk membahas isu lingkungan yaitu pembelajaran IPAS. Karena pembelajaran IPAS memberikan pengalaman dengan ruang lingkup makhluk hidup, tempat dan lingkungan.
Media pembelajaran yang tepat dapat memberikan berbagai manfaat. Di antaranya proses pembelajaran akan menjadi lebih jelas, meningkatkan ketertarikan dan interaktivitas siswa, mengkonkretkan materi yang abstrak, membantu mengatasi keterbatasan panca indra manusia dan meningkatkan daya retensi siswa terhadap materi pembelajaran (Suprihatiningrum, 2013).
Oleh karena itu pembelajaran IPAS dirasa tepat sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter siswa yang peduli lingkungan. Karakter peduli lingkungan harus ditanamkan melalui pembiasaan di sekolah salah satunya melalui gerakan 3R (reduce, reuse, recycle). Penerapan 3R pada pembelajaran IPAS bisa dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penanaman karakter peduli lingkungan yang dilakukan di dalam kelas berupa reduce (pengurangan sampah) dalam bentuk mengurangi barang penghasil sampah. Contohnya mengurangi jumlah pemakaian kertas untuk kemudian beralih ke pemakaian perangkat digital dan penggunaan refill seperti pengisian kembali tinta printer serta tinta alat tulis.
Selain reduce, penerapan reuse (penggunaan kembali) sebaiknya juga diterapkan dalam lingkungan kelas yaitu sikap kepedulian terhadap lingkungan dalam bentuk menggunakan kembali barang agar tidak menjadi sampah. Contohnya siswa dianjurkan membawa bekal makan minum dari rumah menggunakan tempat bekal yang bisa digunakan kembali. Siswa dianjurkan menggunakan masker kain dan membawa sapu tangan sebagai pengganti tisu.
Sedangkan penerapan recycle lebih banyak digunakan sebagai bentuk penerapan karakter peduli lingkungan di luar kelas. Recycle (daur ulang) bisa diartikan sebagai memanfaatkan barang/mendaur ulang kembali barang yang sudah tidak terpakai menjadi sebuah produk yang bernilai.
Penerapan konsep recycle bisa dilakukan dengan mengajak siswa membuat proyek yang bertema 3R. Siswa diajak ke lingkungan untuk mencari dan memilah barang yang menjadi sampah tetapi bisa diolah menjadi bahan dasar pembuatan barang yang bernilai jual. Dengan pendataan dan pengolahan yang tepat, siswa bisa menghasilkan beberapa jenis produk yang bermanfaat.
Antara lain sampah plastik yang ditemukan di lingkungan sekolah diolah menjadi gantungan kunci, mainan anak anak, hiasan ruang tamu, anting, dompet dan masih banyak lagi.
Sampah sisa produksi berupa kain dari jurusan busana diolah menjadi tas, boneka, lap dan keset. Sampah sisa produksi berupa cangkang telur dari jurusan boga bisa menghasilkan produk lukisan indah yang bernilai. Sampah sisa produksi berupa kertas dari jurusan perkantoran bisa menghasilkan produk tempat pensil, keranjang buah, topeng, dan hiasan dinding lainnya.
Dengan demikian, penerapan konsep 3R dapat digunakan sebagai media pembelajaran IPAS dan dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan bagi para siswa di sekolah. Siswa menjadi lebih peka dan bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan sekitar. Sekaligus memberikan keterampilan kepada siswa tentang pemanfaatan sampah. (uj/lis)
Guru IPAS SMK Negeri 2 Temanggung