RADARSEMARANG.COM, Semarang – Nafas Natanael masih ngos-ngosan. Ia baru saja tampil memainkan barongsai. Namun rasa lelahnya terobati setelah sepiring lontong cap go meh diterima. Menu kuliner yang selalu ada saat perayaan cap go meh itu juga dinikmati sebanyak 167 siswa TK, SD dan SMP Kuncup Melati lainnya.
“Enak banget. Tahun kemarin tidak ada, karena pandemi Covid-19,” ujar Natanael diamini temannya, Mohamad Dafa.
Ia bersyukur sekali, karena tahun ini kondisinya sudah membaik. “Mudah-mudahan tidak ada covid-covid lagi,” harapnya.
Lontong cap go meh dibagikan dalam piring plastik warna-warni. Menu makanan ini merupakan akulturasi budaya China dan Jawa. “Ada lontong, sambal goreng ati, suwiran ayam dengan kaldu lodeh yang khas,” kata Seksi Pendidikan Sekolah Kuncup Melati Lie Pu Hwa kepada RADARSEMARANG.COM.
“Kadang-kadang divariasi dengan srondeng dengan cita rasa yang bermacam-macam. Kalau ada yang vegetarian, diganti tahu. Ini halal, tidak ada unsur non halalnya,” tambahnya.
Lie Pu Hwa menjelaskan, peringatan cap go meh ini untuk menghargai tradisi para leluhur. Tujuan lainnya, kata dia, mengajak bergembira dengan menyantap lontong cap go meh dan pemberian angpao dari donatur.
“Sebagai ajang bersilaturahmi dengan sesama dan sebagai semangat menapaki tahun ini agar lebih baik dan membawa kemajuan,” katanya didampingi Ketua Yayasan Khong Kauw Hwee Wong Aman Gautama.
Sebelum menyantap lontong cap go meh, digelar pentas barongsai yang dimodifikasi sebagai barongsai kelinci, diiringi oleh kelinci-kelinci kecil merupakan siswa Sekolah Kuncup Melati di Gang Lombok, Pecinan. “Semuanya siswa SD dan SMP yang dilatih rutin untuk menanamkan jiwa disiplin dan kerja sama tim,” ujar Lie Pu Hwa.
Ia berharap perayaan cap go meh bisa memberikan edukasi kepada anak-anak. Menurut dia, makan bersama ini memiliki filosofi sederhana. “Bisa membantu yang lebih baik,” katanya. (fgr/aro)