RADARSEMARANG.COM – SMPN 3 Patebon, Kabupaten Kendal, berhasil menyabet juara dalam lomba film Festival Media Kreatif Merdeka Belajar PGRI Jawa Tengah 2022. Film berjudul Bestie itu mengangkat intoleransi dan perundungan anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah.
Film ini digarap hanya dalam waktu tiga hari. Naskah film berjudul Bestie ini ditulis guru sekolah setempat, Ana Rahmawati Ningsih. Mengisahkan siswa SMP yang mendapat perundungan karena berkebutuhan khusus. Inspirasi cerita muncul saat melihat banyaknya kejadian perundungan terhadap siswa di sekolah. Khususnya di lingkungan SMP. Film itu juga masuk dalam dimensi pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka belajar.
“Ada kebinnekhaan global juga. Saya ambil tarian Kendal Beribadat. Jadi, anak-anak itu harus melestarikn budaya di daerahnya,” ungkap Ana, guru bahasa Inggris SMPN 3 Patebon ini.
Dalam film ini menggaungkan moderasi beragama juga. Selain film Bestie, ada beberapa film lainnya yang berhasil diproduksi guru dan siswa-siswi SMP ini. Seperti film Iswari dan Jayanti, Merajut Asa Dibalik Awan, Dunia Hanna, Casavva, serta film yang mengangkat tradisi di Kabupaten Kendal. Yakni berjudul Sumpil. “Semua film diproduksi guru dan siswa. Dan memang tidak melibatkan orang lain di luar sekolah. Jadi kami mandiri,” ujarnya.
Arum Uryani, salah satu pemain mengaku sudah beberapa kali menjadi pemeran film yang diproduksi di sekolahnya. Guru SMP ini juga sudah terlatih berakting. Lantaran, di sekolahnya kerap memproduksi film. Meski tidak ada ekstrakurikuler film, para pemain belajar akting secara otodidak.
Kendati begitu, berbeda dengan siswa-siswinya yang baru kali pertama bermain film. Seperti dirasakan Helen, pemain utama film Bestie. Meski begitu, latihan untuk berakting ini hanya seminggu. Para pemain tidak menyangka, jika film berjudul Bestie berhasil menyabet juara 3 dalam Lomba Film Festival Medkraf Merdeka Belajar PGRI Jawa Tengah Tahun 2022.
“Kesulitannya itu meningkatkan kepercayaan diri. Apalagi berakting di depan kamera. Tapi kami bisa mengatasinya,” kata Helen, siswi SMP N 3 Patebon.
Sementara itu, Wildan, kameramen film mengatakan, ada beberapa tantangan yang dihadapi saat memproduksi film. Utamanya melatih kesabaran saat take film. Pihaknya juga hanya menggunakan peralatan seadanya. Adapun yang paling ditonjolkan, dari sisi editing.
“Gak hanya satu kali take. Jadi ada beberapa kali take untuk satu adegan. Itu yang harus sabar. Kami juga hanya memakai satu kamera. Clip on untuk suara. Dan alat-alat sederhana lainnya. Produksinya juga hanya guru dan siswa. Semua dikerjakan sendiri,” bebernya yang juga guru di sekolah ini.
Adapun untuk produksi film di SMP N 3 Patebon ini hanya mengandalkan biaya dukungan dari sekolah. Yakni sekitar Rp 6 juta. “Ya kami seminimal mungkin dengan peralatan seadanya dan biaya seadanya,” kata kameramen film di sekolah ini.
Ana Rahmawati membeberkan, rencananya guru dan siswa di SMPN 3 Patebon ini bakal berkolaborasi kembali dalam pembuatan film selanjutnya. Pihaknya berharap bisa mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kendal dan PGRI Kendal untuk perfilman di sekolahnya. Terlebih, SMPN 3 Patebon ini juga dijuluki sekolah film, lantaran kerap memproduksi film. “Semoga film yang kami produksi ini bisa menginspirasi sekolah-sekolah lain juga,” tandasnya. (dev/ida)