27 C
Semarang
Saturday, 12 April 2025

Role Playing Mempermudah Memahami Materi Keteladanan Sahabat Nabi

Oleh : Hadhiq, S.Pd.I

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Saat masih kecil, kita suka membayangkan jadi polisi, dokter, guru dan jadi berbagai macam profesi yang disukai. Setelah itu dengan teman, kita bermain peran sesuai dengan apa yang dibayangkan.

Dengan bermain peran, ternyata apa yang kita mainkan ketika masih kecil jika digunakan dalam pembelajaran tentunya membuat peserta didik sangat senang, bersemangat dan tidak membosankan. Sekaligus bermanfaat bagi pemahaman materi pelajaran.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya kelas enam materi sejarah meneladani Sahabat Nabi, biasanya guru menggunakan metode kurang bervariatif. Memposisikan diri sebagai sosok serba tahu. Sehingga peserta didik kurang dilibatkan dalam pemanfaatan potensi yang mereka miliki.

Ketidakmampuan guru dalam menyajikan pembelajaran yang menarik, membuat peserta didik jenuh, lelah, ngantuk, gagal paham, kurang konsentrasi dan tidak fokus lagi terhadap materi yang disampaikan guru. Sehingga motivasi belajar mereka menjadi berkurang dan prestasi belajarnya rendah.

Melihat kondisi pembelajaran PAI di SDN 02 Bukur Kecamatan Kabupaten Pekalongan penulis berinisiatif mencoba metode yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu metode bermain peran. Secara etimologis, “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang tersusun dari kata “meta” dan “hodos“.

Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah. Sedangkan hodos berarti jalan, cara, atau arah. Kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi kata “method” yang berarti suatu bentuk prosedur tertentu untuk mencapai atau mendekati suatu tujuan, terutama cara yang sistematis.

Menurut Amri dalam Ningsih (2014, hal. 52) metode bermain peran adalah pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh. Baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memakai materi yang dipelajari.

Dalam metode ini, guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan beberapa peserta didik sesuai dengan tokoh yang akan diperankan dalam kisah keteladanan sahabat nabi. Salah satu membagi peserta dari masing-masing kelompok ada yang menjadi sutradara yang membacakan kisah /cerita dan mengatur adegan yang diperankan teman kelompoknya.

Peserta didik mengawalinya dengan memperkenalkan nama dan tokoh yang akan diperankan. Sebelum dimulai, guru menjelaskan hal-hal yang akan dinilai dalam penampilan. Dengan metode bermain peran/role playing peserta didik lebih semangat dalam belajar dan memberikan motivasi kepada mereka untuk berangkat sekolah. Karena ingin melihat permainan teman-temannya.

Selain anak lebih percaya diri, lebih memahami materi pembelajaran, menumbuhkan dan memupuk bakat, minat, kemampuan yang dimiliki, mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik, juga melatih peserta didik berperan aktif dalam kehidupan nyata.

Pemahaman materi PAI kelas enam meneladani sahabat Nabi SAW di SDN 02 Bukur diperoleh hasil yang cukup baik. Pemahaman peserta didik meningkat. Jadi, penerapan metode role playing memiliki keuntungan dibanding metode ceramah. Namun metode ini membutuhkan lebih banyak waktu pembelajaran dan latihan.

Selama ini, aktivitas pembelajaran di sekolah cenderung mengabaikan potensi yang dimiliki peserta didik dan kurang inovatif. Guru harus selalu mencari alternatif metode maupun model pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan peserta didik, dan terus mengupdate kemampuan dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi agar hasil belajar yang diperoleh maksimal. (gp/fth)

Guru PAI SDN 02 Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya