28 C
Semarang
Tuesday, 22 April 2025

Kerajinan Perak dari Lereng Gunung Sumbing Ini Sukses Tembus Pasar India dan Amerika

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Anhari, perajin perak di lereng Gunung Sumbing ini sukses menembus pasar dunia. Pria 43 tahun ini pernah mengirimkan produk kerajinan perak berupa dewa-dewa ke India dan logo Harvard University Amerika Serikat.

Anhari tinggal di Dusun Blegi RT 01 RW 9 Desa Bandongan Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Di rumahnya tak ada galeri atau ruangan untuk mendisplay produk kerajinan perak buatannya. Di bawah lampu meja, ia tampak sibuk mematri ukiran sesuai desain. Ruangan 4×4 meter persegi itu cukup menjadi zona nyaman yang membuatnya produktif. Tampak pula bingkai berisi ornamen-ornamen perak di dinding batako belum diplester.

“Inilah ruang kerja saya, sempit gelap dan sederhana,” katanya dengan senyum merekah menyambut RADARSEMARANG.COM

Ia bercerita, keahlian yang dikuasainya sekarang tidak lepas dari pengalamannya menjadi karyawan toko perak di Jogjakarta. Saat itu, ia bekerja siang hari, dan malamnya dipakai belajar melalui borongan. “Akhirnya saya diarahkan ke sana (borongan). Itu awal tahun 1990,” ceritanya.

Pengalaman kerja di kerajinan perak berjalan sampai 1996. Ia berhenti bekerja lantaran terdampak krisis moneter dan bom Bali. Peristiwa itu membuat orderan toko sepi. Apalagi Bali menjadi market besar. Padahal di tokonya masih banyak stok barang. “Saat sepi, pernah selama dua atau tiga bulan hanya dapat orderan 10 atau 20 kerajinan perak,” kenangnya.

Ia sempat berhenti dari pekerjaannya ini selama 12 tahun. Anhari juga sempat bekerja serabutan dan membuka warung angkringan. Setelah lama merantau di Jogja, ia memutuskan pulang dan berinisiatif membuka usaha kerajinan perak di rumah. Perlahan usahanya berkembang karena sudah mengantongi pengalaman dan tahu pasar kerajinan perak.

“Sampai saat ini ya pasar utamanya di Surabaya, Jakarta, dan Bali. Selain itu juga orang-orang tertentu dari lingkungan pejabat, bahkan di luar Pulau Jawa ada,” terang Anhari.

Biasanya yang dipesan oleh konsumen adalah ikon daerah, seperti rumah adat, simbol kota atau kabupaten, serta permintaan custom. Di antaranya, ikon Surabaya, Jembatan Suramadu, dan wayang yang banyak diminati konsumen asal Jakarta.

“Yang paling berkesan adalah membuat suvenir logo Harvard University sebanyak 250 pcs yang dikirim ke Amerika Serikat pada 2015. Juga membuat kerajinan perak berbentuk dewa-dewa yang dikirim ke India,” ujarnya.

Dalam sehari, Anhari mampu memproduksi puluhan kerajinan perak. Sesuai permintaan sang konsumen dengan cara mengirim gambar lalu dibuatkan model. Jumlah produksi juga bergantung permintaan. Selain itu juga dipengaruhi model dan kerumitan.

Model rumit biasanya model yang belum pernah dibuat. “Karena harus mulai desain dari awal sampai jadi agak sulit. Misalnya kita mau bikin asbak, kita buat ukuran harus presisi. Itu yang tidak mudah,” tuturnya.

Untuk bahan baku perak, ia mendapatkan dari koneksinya di Jogjakarta. Ukuran kerajinan perak terkecil seperti bros, sedangkan yang berukuran sebesar uang logam seharga Rp 25 ribu dengan minimal order 100 buah.

Sementara orderan paling besar yang pernah diterima adalah ikon Surabaya yang dikemas dalam boks kaca. Ukurannya tinggi 40 sentimeter. “Itu harganya Rp 600 ribu per buah,” katanya.

Ia mengaku, setiap bulan dapat mengerjakan 10 hingga 15 orderan. Mayoritas pemesanan dari instansi-instansi. Setiap bulan ia juga harus mengirim 40-50 produk ke Kapolda Jawa Timur. Di Magelang, ia pernah membuka toko di Borobudur. Namun tidak bertahan lama,lalu gulung tikar. “Pembelinya hanya orang luar negeri yang tertarik keantikannya. Makanya saya lebih enak di rumah. Mengerjakan sesuai pesanan saja,” ujarnya. (mia/aro)

Reporter:
Muhammad iqbal Amar

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya