28 C
Semarang
Sunday, 20 April 2025

Ma’ruf Amin : Sertifikasi Halal Jauh dari Target

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG — Target sertifikasi halal atau Nomor Induk Berusaha (NIB) bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia masih jauh dari target harian. Sebab, dari target 350 UMKM per hari, baru terpenuhi 40 UMKM per hari.

“Arahan saya, pertama tentang sertifikasi halal karena masih jauh dari target, saya sarankan lembaga sertifikasi tidak hanya menunggu, tapi jemput bola,” kata Ma’ruf saat berkunjung di Batik 16 Semarang, Jumat (18/11).

Tidak hanya jemput bola, Ma’ruf juga meminta pejabat setempat melakukan bimbingan dan pendampingan bagi tiap UMKM. Sebab, masih banyak UMKM yang dinilai belum menguasai atau tak mengetahui mekanisme penggunaan NIB.

“Jadi, tidak semata-mata di sertifikasi atau jaminan halalnya. Tapi, juga Kementerian UMKM dan daerahnya supaya mereka diberi bimbingan. Mulai dari bimbingan produk, sertifikasi, dan dananya,” ujar Wapres didampingi Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dan Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Wapres menegaskan, adanya pendampingan dan jemput bola dari masing-masing pihak terkait, diharapkan bisa mengejar target yang masih jauh tersebut. Hal itu juga dinilai bisa mendongkrak keuntungan UMKM.

“Sekarang terpenting adalah pendampingan dan jemput bola,” tegas dia.

Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, kunjungan Wapres kali ini untuk melihat produk UMKM Batik 16 Semarang. Selain itu, sebagai bentuk dukungan UMKM di Kota Lunpia.

“Tadi Bapak Wapres sudah melihat dan meninjau proses batik dari cap, tulis, hingga tenun, dan melihat koleksi yang ada di sini (Batik 16 Semarang),” kata Mbak Ita–sapaan akrabnya.

Mbak Ita mengungkapkan, ada sekitar 216 kreasi atau motif batik yang ada di Batik 16 Semarang. Dari ratusan motif tersebut menggambarkan tiap kelurahan di Kota Semarang.

“Dari 216 kreasi itu, di mana 177 adalah motif dari kelurahan-kelurahan,” ungkapnya.

Ia pun turut menegaskan, saat ini pihaknya tengah melakukan pendampingan bagi UMKM di tiap kecamatan. Ia tak menampik bila masih banyak UMKM di Kota Semarang yang belum masuk pada e-katalog.

“Kami sudah meminta kepada jajaran pemkot, Sekda hingga Asisten Sekda supaya terus melakukan pendampingan. Agar kewajiban 40 persen e-katalog adalah produk dalam negeri bisa terealisasi. Karena di Semarang ini kami akui masih jauh. Hanya sekitar 150 yang masuk e-katalog,” ungkapnya.

Sementara itu, saat mengunjungi Sanggar Batik 16 Semarang milik Seraci Adi Putri Widepuri, Wapres sempat melihat proses membantik di ruang workshop.

“Berapa lama pembuatan kain batik?” tanya Wapres.

“Semakin tipis semakin susah pak. Kalau yang ini (printing) lebih cepat. Biasanya kalau ada orderan seragam, kami menggunakan cap (printing). Sementara untuk batik tulis, seperti motif bunga bisa selesai sebulan, karena penuh motifnya, detail sekali,” jelas Seraci.

“Kalau jenis kainnya? Sama atau beda-beda?” tanya Wapres lagi. “Katun semua, katun primis. Bahan sutra lebih sulit lagi, karena kainnya lari ke mana-mana,” jawab Seraci.

CEO generasi kedua Sanggar Batik Semarang 16 ini mengatakan, motif batik di tempatnya diambil dari tiap kecamatan dan kelurahan, serta ikon-ikon terkenal Semarang. Seperti Gedung Lawang Sewu, kuliner lunpia, tahu gimbal, asam, dan lainnya. “Tahun 2010, semua motif sudah kami patenkan,” katanya. (fgr/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya