26.2 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Makmun; Santri Tetap Mampu Menjawab Perkembangan Zaman

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap 22 Oktober selalu berkesan di hati. Membekas, menggoreskan sebuah kenangan masa-masa indah bersama para santri.

Itulah yang dirasakan Ketua DPRD Kendal, Muhammad Makmun. Ia bertahun-tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Itqon, Kecamatan Patebon. Selain itu di Pondok Pesantren Al-Ishlah, Mangkang Kulon, Kota Semarang.

Sampai sekarang, Politisi PKB itu mengaku bangga pernah menjadi santri. Bahkan lebih suka disapa Kang Makmun. “Kang itu panggilan khas untuk santri laki-laki. Status saya sampai sekarang ya masih seorang santri,” katanya.

Sebagai santri, ia tahu betul kondisi dan susah payahnya mencari ilmu yang manfaat dan barokah. Selalu bangun tengah malam untuk menjalan menjalankan salat sunah tahajud. Mujahadah dan doa bersama, semaan Quran dan Kitab Kuning, salat sunah dhuha setiap pagi.

“Santri itu harus bangun sebelum subuh untuk mengaji dan salat sunah fajar,” akunya.

Rutinitas itu selalu ia jalankan setiap hari. Termasuk mengaji yang menjadi kewajiban santri dari pagi sampai malam. “Berat memang, tapi itu menjadi kawah candradimuka. Penggelembungan supaya santri menjadi orang yang terlatih, kuat dan tangkas dalam menghadapi berbagai persoalan,” tambahnya.

Santri dididik tidak hanya pandai secara ilmu agama saja. Tapi mendapatkan ilmu yang barokah. Ilmu yang memberikan manfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat. Tidak hanya di dunia tapi juga menjadi pahala di akhirat. Makanya, alumni pesantren memiliki kelebihan khusus dan berkarakter. Terutama mengedepankan kejujuran dalam setiap tindakannya.

“Makanya sesuai tema HSN tahun ini, Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan,” tegasnya.

Hari santri menjadi penyemangat. Karena ini menjadi bukti pengakuan negara terhadap kaum santri. 22 Oktober menjadi saksi resolusi jihad KH Hasyim Asyari. Yakni sebagai tokoh pendiri NU dan pondok pesantren di bumi Nusantara.

“HSN juga menjadi bukti pengakuan negara terhadap perjuangan para ulama dan kiai melawan penjajah dan memerdekakan bangsa ini,” tambahnya.

HSN harus bisa menjadi refleksi bagi golongan santri dan bangsa untuk mengingat kembali sejarah perjuangan para pendahulunya dalam berjuang melawan penjajah. Para santri zaman sekarang selalu berbenah. Memperbaiki kualitas diri demi kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Tetap rajin mengaji dan ibadah, tingkatkan kualitas diri dengan keilmuan.

Di era globalisasi dan digitalisasi santri dihadapkan pada situasi yang lebih berat dengan adanya revolusi industri 4.0. Makanya harus diambingin dengan ilmu-ilmu komunikasi yang kekinian. Sehingga dakwahnya nanti bisa diterima masyarakat luas. “Yakinlah bahwa Quran dan Hadits itu tak pernah lekang waktu. Pasti mampu untuk menjawab dan menghadapi tantangan, serta perubahan zaman,” tambah Ketua DPC PKB Kendal. (bud/fth)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya