RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi terus berinovasi untuk menekan angka DBD (Demam Berdarah Dengue) di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Terbaru, pemkot bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan menerapkan metode Wolbachia.
Pengembiayakan nyamuk Wolbachia ini merupakan metode dari Australia. Sistem kerjanya, membuat nyamuk aedes aegyti mandul. Di mana penerapannya, mengembangkan telur yang sudah mengandung Wolbachia, kemudian berkembang biak lalu kawin dengan nyamuk lokal, sehingga hasilnya akan menjadi nyamuk Wolbachia yang tidak akan menyebarkan penyakit demam berdarah.
“Metode ini nantinya akan mengawinkan nyamuk aedes aegypti yang memiliki bakteri Wolbachia, sehingga nantinya nyamuk aedes aegypti menjadi mandul dan tidak menetas,” tegas Hendi –sapaan akrab wali kota–dalam acara Implementasi Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-wolbachia, di Situation Room, Balai Kota Semarang, Jumat (30/9).
Pada kesempatan tersebut, Hendi juga berpesan kepada masyarakat bahwa program Wolbachia ini akan diletakkan di ember-ember setiap 75 meter di daerah yang kasusnya tinggi, agar berkembangbiak dan menghasilkan nyamuk Wolbachia.
“Ini kita harus berkoordinasi dengan DKK (Dinas Kesehatan Kota) untuk mengedukasi masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Hendi menjelaskan, metode Wolbachia bisa berjalan efektif antara delapan bulan sampai dua tahun. Sehingga tolok ukur keberhasilan metode ini, menurut Hendi, baru diperkirakan tahun depan. Artinya, penurunan kasus demam berdarah baru bisa diketahui tahun depan.
“Jadi, tolong bisa disengkuyung bareng-bareng supaya DBD di Kota Semarang bisa semakin turun dan hilang,” tutur Hendi.
Kota Semarang sendiri terpilih sebagai pilot project metode ini, karena angka DBD di Kota Semarang sempat menjadi ranking nomor satu di Jawa Tengah. Sampai 29 September 2022 tercatat ada 700 kasus di Kota Semarang, dengan angka kematian mencapai 31 anak.
Sebelumnya, berbagai cara telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang guna menekan kasus ini. Program pemberantasan sarang nyamuk atau PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dilakukan bersama dengan DKK, Dinas Pendidikan Kota Semarang, dan tokoh masyarakat. Salah satunya melalui pelaksanaan program Si Centik (siswa mencari jentik), mengingat sebaran nyamuk juga berada di sekolah.
“Setelah kita tahu problematika utama DBD adalah anak-anak, maka Disdik meminta murid laki-laki menggunakan celana panjang dan perempuan menggunakan rok panjang. Lalu muncullah metode Wolbachia yang tidak menyebarkan DBD,” pungkas Hendi. (BBS/aro)