RADARSEMARANG.COM, BERDASARKAN Kepmendikbudristek No 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran, kurikulum merdeka diberlakukan mulai tahun pembelajaran 2022/2023. Pemberlakuan kurikulum merdeka di SMK berimplikasi pada perubahan struktur kurikulum. Salah satu perubahannya adalah munculnya mata pelajaran Projek IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), menggantikan mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Projek IPAS memberikan masalah tersendiri kepada guru pengampunya dalam mendesain pembelajaran yang menyenangkan mengingat jumlah jam pelajaran Projek IPAS untuk satu kali pertemuan adalah 6 JP (6 x 45 menit) dengan mengkombinasikan aspek-aspek ilmiah yang harus diramu dalam pembelajaran.
Sesuai dengan nama mata pelajarannya, Projek IPAS, maka model pembelajaran yang tepat digunakan adalah project based learning. Menurut Wahyuni (2019) project based learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja projek. Hasil akhir dari kerja projek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi. Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Mayuni, dkk (2019) yang mengungkapkan model project based learning merupakan model, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Implementasi project based learning pada projek IPAS harus memperhatikan tiga elemen, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mendesain dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah, serta menerjemahkan data dan bukti-bukti secara ilmiah. Ketiga elemen tersebut harus ada untuk setiap projek yang dikerjakan oleh peserta didik.
Langkah awal yang dilakukan guru adalah menentukan topik kajian dan projek yang akan dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok. Misalnya topik Mitigasi Kebakaran dan produk yang akan dibuat adalah alat pemadam api sederhana. Dari topik tersebut peserta didik mencari fakta tentang peristiwa kebakaran dari situs berita online. Kemudian peserta didik menuliskan mengapa kebakaran bisa terjadi. Peserta didik menganalisis secara ilmiah penyebab terjadinya kebakaran. Misalnya, kebakaran terjadi karena adanya hubungan singkat arus listrik (korsleting).
Korsleting dikaji oleh peserta didik berdasarkan konsep listrik dinamis yang mereka dapatkan dari berbagai referensi. Peserta didik juga membuat kajian tentang perubahan wujud zat, reaksi pembakaran, serta mendata jumlah korban meninggal, sakit, dan kerugian akibat kebakaran. Semua tugas tersebut sudah tertulis di lembar kerja peserta didik. Setelah itu peserta didik mempresentasikan semua hasil kajian tersebut dan dibahas oleh kelompok lain dengan bimbingan guru.
Selanjutnya guru mulai membimbing peserta didik menyusun jadwal penyelesaian projek pembuatan alat pemadam api sederhana dan melaksanakan projek sesuai jadwal dan batas waktu. Selama pelaksanaan projek, peserta didik mendiskusikan dengan guru tentang masalah yang muncul untuk mendapatkan solusi. Guru membahas kelayakan alat pemadam kebakaran yang telah dibuat dan peserta didik membuat laporan produk dan mendemonstrasikannya.
Serangkaian pembelajaran projek IPAS dengan model project based learning dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan sesuai desain pembelajaran yang telah dibuat. Di akhir pertemuan guru bisa mengundang guru tamu dari petugas kebakaran untuk menjelaskan tentang mitigasi kebakaran sekaligus mendemontrasikan cara menggunakan alat pemadam api yang benar.
Pembelajaran projek IPAS model project based learning melatih siswa mandiri, berpikir kritis, kreatif, dan bergotong royong. Hal ini sesuai dengan karakter yang ingin dibangun pada profil pelajar Pancasila yang dirumuskan oleh kemendikbudristek. (ks/aro)
Guru Fisika SMK Negeri H Moenadi Ungaran, Kabupaten Semarang