RADARSEMARANG.COM, Berawal dari sistem pembelajaran daring yang dilakukan di sekolah dalam kurun waktu yang cukup lama, mengakibatkan berkurangnya interaksi antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa. Banyak dijumpai peserta didik yang pasif dalam pembelajaran ketika pembelajaran tatap muka telah berlangsung di sekolah.
Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mendesain media pembelajaran untuk mendorong peserta didik agar lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Sehingga mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
Berbagai model pembelajaran pada masa pandemi dilakukan dengan tujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, pada mata pelajaran sosiologi, penulis menekankan metode bermain peran atau role playing untuk memahami materi interaksi sosial di kelas X dengan melibatkan unsur keceriaan dan menumbuhkan semangat, serta rasa kebersamaan dalam pembelajaran yang menyenangkan di SMA Negeri 1 Subah.
Pada pembahasan materi pokok interaksi sosial, siswa akan belajar memahami beberapa sub pokok bahasan, salah satunya adalah tentang syarat terjadinya interaksi social, seperti kontak sosial dan komunikasi. Dengan bermain peran, mereka akan bekerja sama dalam memperagakan aktivitas yang termasuk memenuhi syarat terjadinya interaksi sosial.
Peserta didik akan memperagakan secara langsung sesuai dengan skenario yang telah dibuat oleh guru di depan kelas. Di mana peserta didik diberi beberapa skenario yang berbeda-beda untuk diperagakan. Kemudian peserta didik lainnya mengamati dan berdiskusi terkait dengan peragaan yang telah dilakukan para pemeran untuk menentukan manakah skenario peragaan yang termasuk aktivitas interaksi sosial dan mana yang bukan termasuk aktivitas interaksi sosial. Tentunya dengan diawali melakukan kegiatan literasi tentang materi syarat terjadinya interaksi sosial.
Menurut Sugihartono (2006:83) metode role playing adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup maupun tokoh mati sehingga siswa berlatih untuk penghayatan dan terampil memakai materi yang dipelajari.
Hal yang perlu dilakukan dalam menerapkan materi interaksi sosial melalui metode bermain peran ini, maka kita harus memperhatikan langkah-langkah dari metode ini. Langkah – langkah metode role playing atau bermain peran menurut Roestiyah (2001:91) adalah: 1). Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2). Pemilihan peran, memilih peran sesuai permasalahan yang akan dibahas. 3). Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog. 4). Menyiapkan pengamat, pengamat dalam hal ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemeran. 5). Pemeranan, dalam tahap ini peserta didik mulai bereaksi seseuai dengan peran masing-masing yang terdapat dalam skenario dalam bermain peran.
6). Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah dan pertanyaan yang muncul dari siswa, 7). Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan.
Dengan bermain peran pada materi interaksi sosial ini, siswa dapat meningkatkan pemahaman materi interaksi sosial sekaligus meningkatkan minat membaca, menumbuhkan kreativitas dan keaktifan siswa di kelas.
Selain itu metode bermain peran ini secara tidak langsung dapat melatih siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan kegiatan bersama, sekaligus mempraktikkan interaksi sosial dengan teman – temannya. (igi1/aro)
Guru SMA Negeri 1 Subah, Kabupaten Batang