31 C
Semarang
Friday, 20 December 2024

Indonesia Borong Emas di Cabor Renang ASEAN Para Games

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang Tim para renang Indonesia meraih tujuh medali emas, sembilan perak, dan tujuh perunggu di hari pertama ASEAN Para Games cabang olah raga renang di Jatidiri Swimming Center, Senin (1/8) kemarin. Kendati ada yang meleset dari target, koordinator pelatih para renang Dimin masih optimistis mampu membawa pulang 27 emas.

Rino Saputra menjadi penyumbang medali emas pertama untuk Indonesia. Turun di nomor 100 meter Freestyle S9, Rino berhasil menjadi yang tercepat untuk keluar sebagai pemenang. Sementara perenang asal Vietnam Ngoc Thiet Nguyen berada di posisi kedua dan mendapatkan medali perak. Sedangkan medali perunggu didapatkan oleh Natwat Ropkob asal Thailand.

Perenang lain yang mempersembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia adalah Zaki Zulkarnain. Turun di nomor 100 meter Freestyle S8, Zaki berhasil keluar sebagai yang tercepat untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Aris Wibowo yang berlaga di nomor 100 meter gaya dada SB7 juga meraih medali emas dengan mencetak waktu tercepat, 1 menit 34,46 detik. Medali perak diraih perenang Kamboja Khouy Koy 1 menit 39,54 detik, dan perunggu diraih perenang Vietnam Ho Van Dao 1 menit 47,36 detik. “Targetnya memadang dapat emas,” jelas Aris, perenang asal Jepara ini.

Koordinator pelatih para renang Indonesia Dimin mengungkapkan, pencapaian tim renang Indonesia ini meleset dari target. Target hari pertama kemarin seharusnya 10 emas, tapi hanya menyapu tujuh emas. Hari ini (Selasa, 2/8), tim Indonesia menargetkan meraih empat emas dari 18 nomor yang dipertandingkan.

“Ini masih dapat tujuh emas, sembilan perak, dan tujuh perunggu. Yang meleset itu Guntur dan Mutiara. Guntur di SB8 dan Mutiara di SB9. Keduanya sama-sama di nomor 100 meter gaya dada,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Diakui, medali emas lepas karena ada atlet yang tidak diperhitungkan ternyata memiliki catatan prestasi yang bagus. Selain itu, sudah dua tahun kejuaraan ASEAN Para Games vakum akibat pandemi Covid-19, sehingga tidak diketahui kekuatan lawan. “Ternyata ada kemajuan dari negara lain. Dan kekuatan lawan belum diketahui,” katanya.

Di kubu Indonesia sendiri, ada atlet yang melampaui ekspektasi. Seperti di nomor 100 meter SB9 putra atas nama Rino Saputra. “Dia targetnya perak, malah dapat emas. Ini debut pertamanya di ASEAN Para Games. Hasilnya memuaskan,” ujarnya.

Mengenai performa Guntur, ia menilai ada penurunan dari personal best (PB) 1,19 menit menjadi 1,22 menit. “Di ASEAN Para Games 2018, PB-nya 1,19 menit, padahal di Poparnas 1,20 menit dan ini malah 1,22 menit,” bebernya.

Ia akan menggembleng Guntur agar memiliki daya tahan yang cukup untuk disiapkan maju di Asia Para Games di China. “Beberapa atlet sudah di depan, tapi di 20 detik terakhir malah gembos,” ujarnya.

Diakuinya, atlet Malaysia memiliki tangan dan kaki lengkap, sehingga menguntungkan. Dibandingkan Guntur yang hanya memiliki satu tangan. “Lawannya lebih bagus dan faktor usianya juga bisa mempengaruhi. Mudah-mudahan bisa dibalas di nomor 50 meter,” katanya.

Aris Wibowo mengaku senang karena bisa memenuhi target pelatih. Ia mempersiapkan dari satu tahun yang lalu, dan tidak ada kendala. Pada ASEAN Para Games di Singapura 2015, Aris mendapat perunggu. Pada 2016, dia ikut PON di Bandung mendapatkan perak. Ia berlatih terus hingga mendapatkan medali emas saat ini. “Targetnya bisa berlaga di tingkat Asia, dan mempertahankan medali emas ini,” ujarnya.

Ia mengikuti tiga nomor di ASEAN Para Games, yakni 100 meter gaya dada SB7, 50 meter gaya dada, dan 50 meter gaya bebas.

Atlet lain yang meraih emas, Zaki Zulkarnain sangat bersyukur dengan kemenangannya. Diakuinya, saat ASEAN Para Games di Jakarta, ia hanya meraih medali perunggu. “Alhamdulillah sekarang mencapai target,” katanya penuh syukur. “Medali emas ini saya persembahkan untuk istri saya, Yuli Mardias,” tambah pria asal Riau ini.

Zaki merupakan sahabat karib Rino di Limomanis, Kabupaten Kampar. “Kami rumahnya berdekatan. Kami ada tiga orang yang satu desa. Saya, Rino, dan Rahmatullah. Kami beda RT saja. Rahmatullah di gaya kupu-kupu,” ujarnya.

Pada 2011, ia masuk NPC (National Paralympic Committee), Rino baru masuk pada 2015. Sedangkan Rahmatullah pada 2015. “Ada pengurus NPC daerah yang mencari bibit atlet renang,” katanya. (fgr/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya