26.2 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Wayang Kulit, Tontonan dan Tuntunan yang Harus Dilestarikan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Wayang kulit merupakan seni tradisional yang terutama berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertunjukan wayang kulit telah diakui UNESCO pada 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah serta berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, Rabu pagi (1/6/2022) di Gedung Sobokartti Semarang, DPRD Jawa Tengah mengadakan Dialog Parlemen dan Media Tradisional (Metra). Kegiatan ini menampilkan pertunjukan wayang kulit yang digelar hanya satu jam. Mengambil lakon Sumilaking Pedhut Mandura dengan dalang Ki Jagad Bilowo.

Pada sesi dialog budaya anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng H. Soetjipto, SH, MH menegaskan sebagai anak bangsa, menjaga dan merawat Pancasila serta melestarikan kesenian tradisional seperti wayang kulit mutlak harus dilakukan.

Pancasila dinilai menjadi satu-satunya ideologi yang paling tepat untuk bangsa Indoneisa.

“Ada di luar sana pihak-pihak yang masih menawarkan ideologi lain. Ini sangat memprihatinkan. Saya mengusulkan ada baiknya Pancasila menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah. Mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, sebagai upaya untuk menjaga Pancasila,” papar politisi dari PDI Perjuangan ini.

Dalang Ki Jagad Bilowo membawakan lakon Sumilaking Pedhut Mandura. (Istimewa)

Lebih lanjut Soetjipto menambahkan, wayang tidak akan kehabisan peminat. Wayang memuat ajaran-ajaran yang luhur sehingga tidak hanya bisa menjadi tontonan tapi juga tuntunan yang patut dilestarikan.

Sementara itu, pengamat seni dan budaya Oerip Lestari menyampaikan wayang merupakan kesenian yang mendapatkan pengaruh dari India. Namun di Indonesia, wayang telah memiliki ciri khas tersendiri yang tidak didapati dalam cerita wayang India yaitu munculnya Punakawan.

Menurut Oerip Lestari, melestarikan seni wayang harus dimulai dari dalam keluarga masing-masing dengan cara mendidik atau memperkenalkan anak-anak dengan seni wayang sejak dini.

Ki Suraji selaku pelaku seni pewayangan menambahkan, merangkum pergelaran wayang yang biasanya delapan jam menjadi hanya satu jam merupakan upaya agar wayang semakin disukai. Dengan demikian seni wayang kulit akan tetap eksis. (*/lis/web/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya