RADARSEMARANG.COM, IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena-fenomena alam. IPA bukan hanya pengesahan kumpulan-kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu penemuan pendidikan IPA. Dan diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Serta dapat mengembangkannya lebih lanjut sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik materi IPA yang cenderung abstrak menuntut guru IPA untuk berinovasi dalam merumuskan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaiannya. Proses belajar tidak hanya menekankan aspek mengingat pengetahuan dan pemahaman, namun juga aspek aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreativitas. Hal ini penting karena peserta didik dapat melatih berfikir dan memecahkan masalah serta pengaplikasian konsep dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan penerapan model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar peserta didik yang aktif serta melatih berfikir kritis sehingga dapat memecahkan masalah.
Menurut Trianto (2010:9), model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Untuk menciptakan suasana pembelajaran kondusif dan menyenangkan perlu adanya pengemasan dalam model pembelajaran yang menarik. Jika peserta didik yang mencari, mengolah dan menyimpulkan atas masalah yang dipelajari maka pengetahuan yang ia dapatkan akan lebih lama melekat dalam pikiran.
Guru sebagai fasilitator memiliki kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Dengan inovasi model pembelajaran diharapkan akan tercipta suasana belajar aktif, mempermudah penguasaan materi, peserta didik lebih kreatif dalam proses pembelajaran, kritis dalam menghadapi persoalan, memiliki keterampilan sosial dan mencapai hasil yang optimal.
Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cikup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model pembelajaran problem based learning (PBL) pada konsep “zat aditif dan zat adiktif” dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Grabag tahun ajaran 2021/2022.
Berikut tahapan model pembelajaran PBL pada zat aditif dan zat adiktif, siswa kelas VIII. Tahap pertama, guru menyampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru menyajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah ini berguna untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga inisiatif. Tahap kedua, yaitu pengorganisasian siswa. Pada tahap ini guru berperan membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang relevan dengan masalah yang disajikan.
Tahap tiga, guru melakukan kegiatan pembimbingan untuk mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan dalam eksperimen, hingga siswa mendapat wawasan untuk memecahkan masalah. Tahap keempat adalah periode dimana siswa mencatat data hasil penyelidikan kelompok dalam lembar kerja, mengolah data yang diperoleh dari kelompoknya dan menjawab pertanyaan pada lembar kerja. Dan langkah terakhir atau kelima adalah melakukan evaluasi dan refleksi.
Dapat dilihat bahwa metode yang ada pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat relevan dengan mata pelajaran IPA yang mana sering melakukan percobaan atau praktik dan pemecahan masalah. (gr1/lis)
Guru IPA SMPN 1 Grabag, Kabupaten Magelang