RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Kondisi geografis Kabupaten Magelang yang beragam menjadi tantangan tersendiri bagi Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Magelang. Hal ini terkait upaya pemenuhan respons time 15 menit untuk mencapai standar minimal pelayanan pemadaman kebakaran.
“Apalagi yang di pegunungan, seperti lereng Menoreh, lereng Sumbing, semakin lama lagi, ” ujar Kepala UPT Damkar Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho kepada Jawa Pos Radar Magelang.
Oleh karena itu, Damkar memiliki strategi. Salah satunya melalui pembentukkan wilayah manajemen kebakaran (WMK). Lengkap dengan peralatan dan personel. Hanya saja, dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, baru tersedia tujuh WMK. Dengan personel sejumlah 21 sampai 22 orang per WMK.
“Kami juga ada strategi lain untuk menempuh response time. Dengan membentuk relawan pemadam kebakaran,” lanjut Didik. Terlebih, kini ada gerakan nasional relawan pemadam kebakaran (redkar). Relawan yang diambil dari unsur masyarakat di luar Damkar. “Dulu ada Balaka, Satlaka, sekarang digabungkan jadi Redkar,” jelasnya.
Ihwal metode, Redkar nantinya akan ditetapkan. Dari peraturan Mendagri, Redkar juga akan difasilitasi. Diisi masyarakat terlatih untuk menangani kejadian kebakaran, serta melakukan pencegahan. “Ini bukan kendala bagi kami. Justru tantangan bagaimana membentuk Redkar,” ucap Didik.
Di samping pembentukan Redkar, Didik berharap komunitas masyarakat semakin memiliki kesadaran membentuk relawan Damkar. Misalnya di lingkungan perumahan. Dia berharap ada kesadaran membentuk sistem proteksi kebakaran. “Tujuannya sama. Untuk mencegah timbulnya korban jiwa dan mengurangi kerugian harta benda,” tegas Didik.
“Kayak waktu kebakaran di Balkondes Wringinputih. Mereka sudah bisa menangani sendiri,” imbuhnya memberi contoh.
Strategi lainnya, Damkar mengambil langkah pencegahan. Salah satunya melalui sosialisasi untuk pelajar. Serta dengan menganalisis faktor-faktor penyebab kebakaran. Seperti tungku api, kompor, dan korsleting listrik. “Nah, kami sosialisasikan juga tentang bagaimana menggunakan kompor, tungku, dan listrik secara aman,” aku Didik. (rhy/lis)