RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Balai Konservasi Borobudur (BKB) tengah mempersiapkan rencana diperbolehkannya pengunjung naik struktur candi. Salah satunya terkait penggunaan sandal khusus yang diberi nama upanat. Di wilayah Borobudur sudah ada perajin yang mulai membuat sandal upanat.
Selasa (18/1) Basiyo tengah membuat sandal upanat di rumahnya Dusun Bumisegoro, Borobudur. Ia merupakan perajin yang saat ini sudah memproduksi sandal upanat. Setelah sebelumnya mengikuti pelatihan dari BKB. Sandal tersebut terbuat dari bahan baku mendong dan bambu pandan. Dikombinasikan dengan bathok kelapa untuk penjepit dan spon untuk alas kaki.
“Dulu itu ada 40 orang yang diundang pelatihan dari 20 desa,”ujarnya. Basiyo berharap program menggunakan sandal untuk naik struktur candi segera terealisasi. Supaya pemasaran bisa berjalan. “Yang pasti sebagai perajin kami berharap program sandalisasi bisa terealisasi. Karena selama ini perajin kesulitannya di pemasaran,” katanya.
Sandal upanat yang dibuat oleh Basiyo, satu pasang dijual sekitar Rp 35 ribu. Dalam sehari Basiyo membuat 2 kodi sandal upanat. “Kalau dari informasi yang saya dengar nanti sandal upanat akan di-include-kan dengan tiket,” ujar pria 57 tahun ini
Kepala BKB Wiwit Kasiyati menuturkan, gagasan memakai sandal untuk naik ke struktur Candi Borobudur, untuk mencegah keausan pada lantai. Karena setiap tahunnya tingkat keausan meningkat.
“Karena yang membuat aus itu pasir. Akhirnya sandal yang dulu pernah kita kaji dan workshop kita angkat kembali melalui sayembara,” ujar Wiwit. Pihaknya memilih upanat karena terdapat di relief Karmawibangga nomor panel 150.
Menurut Wiwit adanya sandal tersebut untuk melestarikan batu candi, bukan sekadar suvenir. Nantinya sandal tersebut sudah include tiket bagi pengunjung yang akan naik ke struktur Candi Borobudur. “Jadi harga tiket online itu nanti termasuk harga beli sandal dan pemandu. Soal harga masih kita siapkan juga,” imbuh Wiwit. (man/lis)
