26 C
Semarang
Sunday, 27 April 2025

Langganan Rob, Dusun Simonet Kabupaten Pekalongan Bisa Hilang dari Peta 

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kampung-kampung di pesisir utara Kabupaten Pekalongan dan Kota Semarang ini kerap direndam rob dan banjir. Warga setempat pun harus ‘oyak-oyakan’ dengan pemerintah dalam meninggikan jalan dan lantai rumah. Bahkan, ada warga yang terpaksa pindah karena rumah sudah tak bisa dihuni lagi.

Dusun Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan mungkin akan hilang dari peta. Dusun ini terancam tenggelam akibat tergerus abrasi. Luas dusun ini mulanya kira-kira 21 hektare. Kini tinggal sekitar 30 persen.  Jumlah penduduk mulanya 265 jiwa atau 70 kepala keluarga (KK).

Pada Januari 2021, 60-an KK masih bertahan. Jumlah itu makin menyusut karena penduduk berangsur hengkang dari dusun itu meninggalkan rumah-rumah mereka. Pada bulan ini, tinggal 28 kepala keluarga atau sekitar 96 jiwa yang masih bertahan.

RADARSEMARANG.COM pernah berbincang dengan salah seorang warga. Ia bernama Sholati. Kenangan indah 30-an tahun silam terlintas di benaknya. Wanita kelahiran 1984 ini kembali mengenang masa-masa itu.

Sewaktu kanak-kanak  ia kerap bermain di halaman rumah bersama para kerabatnya. Di bawah tingginya pohon-pohon kelapa. “Saya masih ingat betul. Saya lahir di dusun ini. Saya juga sering main ke rumah ini,” cerita Sholati  sambil menunjuk satu rumah yang kini nyaris hancur dan tidak berpenghuni.

Rumah itu, kata Sholati, adalah milik kerabatnya. Masih satu keluarga. Rumah itu berada di paling utara Dusun Simonet. Kondisinya kini sudah nyaris hancur karena setiap hari diterpa ombak. Bibir pantai sudah betul-betul ada di depan teras. Pasir pantai memenuhi ruang-ruang. Sampah, kerang, dan ranting-ranting pohon yang terseret ombak menghiasi halaman rumah itu.

“Dulu jarak bibir pantai ke sini jauh. Kira-kira satu kilometer lebih. Sekarang sudah ada di depan rumah saja,” jelasnya.

Bayangan itu kini hanya menjadi puing-puing di benak Sholati. Rumah itu sudah ditinggalkan penghuninya sejak Juni 2020 karena tak kuat dengan keadaan. Setiap hari si penghuni harus membersihkan pasir-pasir. Jika pasang, air masuk setinggi lutut hingga perut. Belum lagi ditambah gelombang ombak. Hempasannya, ketika menabrak dinding rumah, bisa sampai mengenai atap.

“Sekarang saudara saya pindah ke dusun sebelah. Kontrak rumah di sana,” ungkap Sholati.

Di sebelah rumah itu, ada dua rumah lain yang bernasib sama. Kondisinya lebih parah. Tumpukan pasir pantai di ruang-ruang rumah itu lebih tinggi. Si pemilik juga sudah pindah. Kusen-kusen jendela dan pintu yang masih bisa terpakai, sudah mereka angkut. Begitu juga dengan atap dan genteng. Juga sudah dibawa ke tempat mereka sekarang. Kondisi dua rumah itu sudah tidak beratap. Tinggal bangunan dinding saja.

“Yang dibawa mungkin sedikit. Wong itu pun kusen-kusen yang dibawa juga mungkin sudah lapuk kena air laut terus. Kena ombak,” kata Sholati.

Geser ke timur, RADARSEMARANG.COM menemui Tasmuni, 60. Ia dan suaminya tengah mencangkuli pasir pantai yang masuk ke dalam rumahnya. Kondisi rumahnya memprihatinkan. Terasnya sudah tertimbun pasir pantai. Rumahnya jadi pendek. Bahkan wartawan koran ini harus merunduk ketika masuk.

Tasmuni dan suaminya masih memilih bertahan sambil menunggu relokasi. Karena ia belum punya uang untuk mengontrak rumah. Meski jarak bibir pantai ke rumahnya masih cukup jauh, tapi apabila malam hari air selalu masuk ke rumahnya.

“Makanya, kalau malam pasti kami tinggalkan rumah ini. Mengungsi ke tempat kerabat di desa sebelah. Kalau siang kami kembali ke sini. Membersihkan pasir,” ujarnya.

Baik Sholati maupun Tasmuni, mereka siap dan sangat menanti relokasi. Mereka sudah siap meninggalkan kampung halamannya itu. Membiarkan semua kenangan di sana tersapu ombak dan menjadi buih-buih di laut.

“Saya siap dan sangat berharap direlokasi. Meski berat, tapi sudah tidak ada pilihan bertahan di sini,” kata mereka.

Dusun Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan awalnya tidak terpisah dari daratan. Ada akses jalan menuju ke dusun ini dari arah Pantai Depok, Kecamatan Siwalan. Namun abrasi makin lambat laun menggerus akses darat menuju dukuh ini. Simonet kini terpisah dari daratan. Bak pulau. Menuju ke dusun ini pun, RADARSEMARANG.COM harus menggunakan perahu.

Menurut perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Semut Rasjoyo, abrasi luar biasa pernah terjadi pada 2005. Namun warga masih bertahan. Abrasi luar biasa kembali terjadi  pada 6 Juni 2020. Selain memutus akses darat, abrasi pada Juni 2020 itu membuat beberapa warga meninggalkan rumah mereka begitu saja.

Ia menyebut, sejauh ini sudah ada puluhan rumah ditinggalkan penghuninya. Rumah-rumah itu terletak di ujung Dukuh Simonet atau yang sejak dahulu paling dekat dengan bibir pantai.

“Termasuk rumah kerabat Bu Sholati. Penghuni rumah-rumah itu sekarang pindah ke dusun lain. Ada yang ke Semut, ada yang ke Blacanan,” ujarnya.

Sementara itu, lanjut Rasjoyo, rumah-rumah lain sedang terancam. Bibir pantai sudah semakin mendekat. “Kalau pas gelombang tinggi dan angin kencang, itu luar biasa. Ombaknya menghempas rumah-rumah,” katanya.

Pemkab Pekalongan sudah merencanakan relokasi untuk warga Simonet. Lahan sudah disiapkan. Letaknya di Kecamatan Wiradesa dengan luas 7.000 meter persegi atau 0,7 hektare. Jika lancar, pembangunan akan dimulai pada 2022.

Plt Kepala Dinas Perkim-LH Kabupaten Pekalongan Murdiarso mengatakan, sosialisasi soal relokasi sudah dilakukan pihaknya. Menurutnya, warga bersedia direlokasi ke Wiradesa karena Simonet sudah tak layak huni karena terkikis abrasi. Kini, pihaknya sedang menyusun berita acara terkait itu, dan menyiapkan kelengkapan berkas untuk diajukan ke pemerintah pusat. “Jika lancar, perkiraan 2022 sudah mulai pembangunan fisik,” tandasnya. (nra/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya