RADARSEMARANG.COM, Semarang – Proyek pengecoran jalan nasional Pantura Semarang-Demak berdampak kemacetan parah.
Bahkan, kemacetan kendaraan mengular hingga Jalan Arteri Yos Sudarso, mendekati Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
“Sudah lima hari ini macet karena ada pekerjaan jalan di batas kota sampai Polsek Sayung. Mulai sekitar jam 14.00-15.00 pasti macet. Parahnya lagi kalau jam pulang kerja,” ujar salah satu driver ojek online yang mangkal di depan RSI Sultan Agung Semarang, Radi, kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (26/8/2021).
Titik kemacetan mulai Jalan Arteri Yos Sudarso menuju Kaligawe. Arus kendaraan berjalan merambat. Berjalan beberapa meter, lalu berhenti hingga 15 menitan. Begitu seterusnya.
Sejumlah traffic light juga memperparah kemacetan. Misalnya, di titik keluar masuk Kampus Unissula. Juga di pintu keluar masuk RSI Sultan Agung Semarang, dan di traffic light pertigaan menuju eks Terminal Terboyo.
Kemacetan parah ini berpengaruh terhadap penghasilan masyarakat, utamanya yang bermata pencaharian di jalan.
“Penghasilan berkurang, biasanya bisa dapat orderan delapan ke atas. Sekarang delapan ke bawah, ya dampak kemacetan,” keluhnya.
Dikatakan, kemacetan ini terjadi mulai pagi hingga sore, bahkan malam hari sekitar pukul 21.00.
“Dari Genuk sampai sini (RSI) normalnya paling 10 menit. Kalau kondisi seperti ini tidak bisa dipastikan, bisa lebih setengah jam,” katanya.
Salah satu warga yang bertugas menyeberangkan kendaraan di pintu keluar masuk RSI Sultan Agung Semarang, Maryono, juga mengeluhkan hal serupa.
“Macetnya parah banget. Mulai jam 10.00-11.00 sudah macet. Tapi, yang paling parah kalau sore hari,”ujarnya.
Keluhan turun penghasilan juga diungkapkan para awak angkutan kota (angkit). Gara-gara jalan macet, penumpangnya turun drastis. Selain itu, juga harus keluar biaya lebih untuk membeli BBM.
“Bobor, empat hari gak entuk duwit, gak isoh setoran. Buat beli bensin susah. Opo meneh ditambah kondisi korona, angel-angel,” keluh Sadiman, pengemudi angkot Genuk-Johar.
Sopir minibus jurusan Semarang – Jepara, Yanto, juga mengeluhkan jalan macet. Bahkan, pendapatannya turun drastis hingga mencapai 50 persen.
“Sudah bisa setoran saja Alhamdulillah. Lha kalau kondisi seperti ini, ya minus, Mas. Bawa pulang paling Rp 30 ribu. Penumpang juga susah. Dalane macet kabeh,” kata warga Demak ini.
Dikatakan, akibat jalan macet, waktu tempuh batas kota Semarang sampai Sayung yang berjarak sekitar 5,4 Km molor hingga dua jam lebih. Padahal normalnya paling lama setengah jam. Sedangkan tarif penumpang masih normal, tidak ada kenaikan.
“Untuk operasional tekor, Mas. Normal saja buat beli solar sudah susah, apalagi kondisinya seperti ini. Tapi, kalau kita tidak berusaha ya dapat pemasukan dari mana?” keluhnya.
Salah satu penumpang, Yani, mengaku, selama jalan macet, ia kesulitan mencari transportasi umum untuk pulang ke Demak. Bahkan telah menunggu lebih dari 30 menit, belum mendapat angkutan umum. “Biasanya lancar, sekarang macet. Demak ke Semarang biasanya 1 jam, sekarang 2 jam lebih. Itu saja cari angkutan umum susahnya minta ampun,” katanya. (mha/aro)