RADARSEMARANG.COM, Dibesarkan di keluarga yang tidak utuh, tak menghalanginya menjadi orang sukses. Mahasiswi Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Unwahas ini lolos seleksi program sekolah eksportir dari Kemendikbud. Perjuangannya untuk lolos tes tersebut berliku, mulai mencoba dari semester tiga dan gagal. Kemudian di semester empat ia mencoba lagi, dan akhirnya lolos program sekolah eksportir.
“Program sekolah eksportir itu adalah program dari Kemendikbud, yaitu Kampus Merdeka yang berada dalam program bidang studi independen,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Mahasiswi yang sekaligus pemain futsal putri di kampusnya ini mengatakan, program sekolah eksportir secara sederhana merupakan program mahasiswa untuk belajar pada suatu lembaga atau perusahaan, kemudian di akhir program akan ada tes untuk praktik mengenai apa yang telah dipelajari.
Di sekolah eksportir sendiri di program akhir, mahasiswa akan diberi kesempatan praktik ekspor ke luar negeri dengan dibentuk kelompok, dan akan diberi fasilitas dan didanai oleh pihak sekolah ekspor dan Kampus Merdeka.
Wati –sapaan akrabnya juga menjelaskan– program sekolah eksportir tersebut ia harus bersaing dengan ribuan mahasiswa lain dari seluruh Indonesia. Kemudian dipilih 800 mahasiswa yang akan mengikuti program tersebut.
“Di program tersebut ada 800 peserta, namun untuk peserta yang mengikuti saya kurang tahu berapa jumlahnya. Setahu saya ada ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia” ujarnya.
Putri dari Lasno dan Supini ini mengatakan, selalu mengingat nasehat orang tuanya yang menginginkan nasibnya tidak seperti orang tuanya jadi petani yang kehidupannya pas-pasan. Semangatnya belajar semakin tinggi karena jauh dari keluarga yang ada di Pati. Sejak semester satu, Wati tinggal di rumah dekannya. Ia juga mendapat bantuan UKT (Uang Kuliah Tunggal) dari kampus mulai dari semester tiga sampai sekarang semester lima. (*/aro)