RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pandemi Covid-19 yang belum berakhir hinggi kini, tak menyurutkan langkah Bank Syariah Indonesia (BSI), untuk membantu pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Justru di masa pandemi, pembiayaan untuk UMKM mengalami peningkatan, tercatat bulan Juni 2021, pembiayaan UMKM di BSI sebesar Rp 36,82 trilun, lebih tinggi dibandingkan dengan akhir tahun 2020 lalu yang tercatat sebesar Rp 34,99 triliun.
Wakil Direktur Utama 1 Bank Syariah Indonesia, Ngatari mengungkapkan, pembiayaan UMKM di dominasi usaha menengah yang mengambil porsi 14,66 persen, disusul usaha kecil 10,76 persen dan usaha mikro sebesar 11,41 persen.
“Pembiayaan kepada segmen mikro terus mengalami pertumbuhan menunjukkan komitmen BSI dalam mendukung pertumbuhan UMKM. Kami akan terus menyalurkan pembiayaan kepada nasabah yang sehat san susten,” ungkap Ngatari, dalam keterangan Kinerja Triwulan II 2021, Sabtu (7/8/2021).
Tidak hanya itu, selama masa pandem, pihaknya ungkap Ngatari, telah melakukan restrukturisasi pembiayaan kepada 96 ribu nasabah dengan nilai Rp 18,9 triliun, dari jumlah itu sebanyak 65 persennya merupakan nasabah UMKM.
“Kami sudah melakukan restrukturisasi pembiayaan dengan nilai Rp 18,97 triliun. Dari total itu sebanyak 65 persen atau 62 ribu nasabah adalah nasabah UMKM dengan nominal Rp 7,91 triliun,” tuturnya
Sementara secara umum hingga juni 2021, BSI mencatatkan total pembiayaan sebesar Rp 161,50 triliun atau tumbuh 11,73 persen year on year. Pertumbuhan pembiayaan itu ditopang oleh pembiayaan mikro, gadai emas, dan pembiayaan consumer.“Pembiayaan kiro tumbuh sebesar 12,88 persen, gadai emas tumbuh 27,70 persen dan consumer tumbuh 27,38 persen,” ujarnya
Pihaknya, menurut Wakil Direktur 1 BSI itu juga berperan dalam penyaluran dana pemulihan ekonomi nasional. Hingga bulan juli 2021 lalu, BSI telah menyalurkan dana pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 2,12 triliun untuk 18.539 debitur.
“Kami targetkan sampai dengan 22 Oktober 2021 akan terealisasi kurang lebih Rp 45 triliun, atau leverage satu setengah kali dari penempatan dana sebesar Rp 3 triliun,” pungkas Ngatari. (sls/bis/bas)