RADARSEMARANG.COM, Kembangkan pertanian modern sebagai sarana edukasi, Ferry Khoeirul Mizan merintis pembuatan agrowisata hidroponik di Kabupaten Kendal. Alumnus Universitas PGRI Semarang (Upgris) ini mengenalkan cara bertanam sayur tanpa bahan kimia alias sayur organik sejak dini kepada para siswa.
RIYAN FADLI, Kendal, Radar Semarang
SIANG itu, matahari bersinar cukup terik di Desa Tlangu, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Waktu menunjukkan pukul 10.30, map di ponsel menunjukkan bahwa agrowisata hidroponik milik Ferry Khoeirul Mizan sudah tidak jauh lagi. Lokasinya sedikit masuk ke dalam gang.
Wartawan RADARSEMARANG.COM tepat berada di titik koordinat map di ponsel. Suasananya sangat lengang. Tak ada satu pun warga yang terlihat untuk bertanya lokasi agrowisata hidroponik. Sembari mengamati sekitar, pandangan terpaku pada gerbang bercat hitam. Ada pintu kecil yang sedikit terbuka.
Sedikit melongok, hamparan sayuran hijau pun terlihat. Dua pemuda di kejauhan terlihat sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Koran ini pun masuk dan menghampiri. Go Fear, sapaan akrab Ferry, menyambut dengan ramah. Saat itu, ia sedang menyimak workshop virtual. Dia sebagai pemateri.
“Oh, monggo, Mas. Selamat datang di Agrowisata Hidroponik Sukorejo,” sapa Go Fear sedikit terkejut.
Gilirannya menyampaikan materi masih beberapa saat lagi. Koran ini pun berbincang tentang agrowisata yang dibuatnya. Kebun hidroponik itu cukup lega. Luasnya 800 meter persegi. Sudut-sudutnya tertutup rapat oleh dinding setinggi 3 meter. Ia mulai merintis agrowisata hidroponik itu sejak 1 Ramadan tahun ini.
“Sengaja saya mulai membangun tempat ini pas 1 Ramadan tahun ini, supaya mudah mengingatnya,” ucap pemuda 27 tahun ini.
Pemuda asal Desa Damarjati, Kecamatan Sukorejo itu mengeluarkan kocek pribadinya sebesar Rp 250 juta. Pembangunan dikerjakan sendiri bersama sang adik, dan dua rekannya. Saat ini, prosesnya sudah mencapai 60 persen. Sedikit meleset dari perkiraannya yang bakal rampung pada Juli 2021.
Ia menargetkan, agrowisata buatannya rampung pada 17 Agustus 2021. Walaupun belum rampung, ribuan tanaman selada sudah memenuhi rak-rak hidroponik yang ada. Gemercik air dari instalasi hidroponik memecah kesunyian siang itu.
“Awalnya iseng-iseng saja. Saya buat hidroponik di rumah sebelum pandemi. Kebetulan ini tanah milik MI Al-Islam. Karena tanahnya tidak dipakai, saya bekerja sama dengan lembaga pendidikan itu untuk memanfaatkannya sebagai agrowisata hidroponik,” terangnya.
Melalui kerja sama itu, ia berharap bisa mengundang lembaga pendidikan lain. Agar siswanya bisa belajar menanam sayur, baik cara konvensional maupun modern. Penanaman sayuran akan lebih sehat tanpa menggunakan bahan kimia alias sayur organik. Ini merupakan konsep yang akan diajarkannya.
“Saya menyasar anak TK, SD, hingga SMP. Ini penting untuk diedukasikan sejak usia dini. Bahkan yang orang dewasa saja masih heran bisa menanam tanpa media tanah seperti ini,” ujar Ferry.
Menurutnya, hidroponik lebih efisien dalam segi lahan maupun waktu. Jangka tiga bulan saja, ia sudah memanen dua kali pada tiap rak yang dibuat. Omzet yang diperoleh Rp 500 ribu per harinya.
Rak-rak hidroponik itu didesain bisa panen bergantian setiap harinya. Total ada 10 rak berukuran 12 kali 2 meter yang disiapkan. Satu rak bisa menampung 500 lubang. Ia memperkirakan dengan lahan 800 meter persegi bisa menampung 10 ribu lubang tanaman hidroponik.
Rak-rak itu dirakit menggunakan baja ringan. Dirancang sedikit miring untuk bisa mengalirkan air di 10 pipa secara mudah. “Sampai sekarang masih belajar. Saya mempelajari hidroponik dari Youtube,” kata sarjana Biologi tersebut.
Agrowisata itu telah dipikirkannya dengan matang. Walaupun tidak ada pengunjung di tengah pembatasan saat pandemi, ia tetap bisa memperoleh keuntungan. Sayur bisa dipanen tiap hari. Saat ini, sayur-sayuran itu hanya dijajakan di sekitar Kecamatan Sukorejo. Ia menargetkan sayur hidroponiknya bisa memasuki pasar Kota Semarang.
Selain hidroponik, ia juga membangun area tanaman konvensional di tempat itu. Nantinya pengunjung bisa bebas memetik sayuran. Kemudian dimasak di lokasi tersebut. “Saya berharap juga ada dukungan dari pemerintah untuk pengembangan agrowisata hidroponik ini,” tandasnya. (*/aro)