RADARSEMARANG.COM – Ulina Bukit sangat peduli dengan kucing liar. Ia menyediakan rumahnya sebagai shelter yang menampung kucing sakit maupun kucing tidak terurus.
Di pasar tradisional, di jalan, perkampungan penduduk, maupun di tempat pembuangan sampah kerap kita temukan kucing liar. Tak sedikit, kucing local itu kondisinya mengenaskan. Kurus, kotor, dan terkadang sakit.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan Ulina Bukit. Wanita 39 tahun ini pun tergerak untuk menyelamatkan kucing-kucing liar yang sakit. Ia mengobati dan merawatnya.
“Sudah empat tahun ini saya merawat kucing yang sakit atau dibuang pemiliknya,” ujar Ulina Bukit saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya di Grogol, Sidomukti, tepatnya di depan SMP Negeri 5 Salatiga.
Saat masuk rumah, di teras sudah ada kandang kucing. Kosong. Namun beberapa kucing sedang bermain di dekatnya. Ada pula yang berada di ruang tengah.
Ulina Bukit membangun komunitas untuk rescue dan shelter bagi kucing. Tidak jarang ia berkeliling kota untuk melihat kondisi kucing-kucing liar.”Awalnya dulu gak senang kucing. Tetapi sering datang kucing ke rumah. Lama-lama seneng juga,” tutur Lena –sapaan akrabnya.
Hingga kini, lebih dari 500 ekor kucing liar telah dievakuasi. Tidak semuanya sembuh. Banyak juga yang mati. Dikubur di lahan dekat rumahnya. Beruntung, ia mendapat support dari salah satu pemilik petshop. Sering kali dibantu obat dan makanan untuk kucing-kucing tersebut.
Untuk menyediakan pakan kucing, Lena mengaku menghabiskan biaya Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per bulan. Namun semua bergantung jumlah kucing yang dievakuasi.
Setelah banyak yang tahu adanya rescue dan shelter, rumahnya sering mendapatkan kiriman kucing. Mayoritas dalam kondisi sakit.
“Kadang hanya ditaruh di depan rumah. Di dalam kardus. Atau ditinggal begitu saja di teras, ” ujarnya sambil tertawa ringan.
Ada pula yang menghubunginya melalui telepon untuk mengambil kucing yang sakit. Banyaknya kucing di rumahnya tidak menjadi masalah bagi anggota keluarganya. Namun diakui, bagi tetangga bisa jadi soal. Karena kucing sering berada di genting rumah. Banyak genting yang melorot.
Kucing yang dievakuasi dan telah sembuh akan dipajang. Kemudian dicarikan pengasuh. Tanpa biaya. Ada pula yang dikirim ke shelter yang lebih besar lagi di Boyolali. Begitu yang dilakukan selama empat tahun terakhir ini.
“Apa yang saya lakukan ini belum menyelesaikan masalah. Ke depan, harapannya ada program sterilisasi kucing oleh pemerintah,” harapnya.
Jika kucing sudah disterilkan, maka akan lebih sehat, dan tidak beranak lagi. Populasi kucing tidak meledak, sehingga lingkungan nyaman.
Ia mendapatkan kabar jika ada orang yang justru mencari kucing lokal untuk dikonsumsi dagingnya. “Ada dan ini mengkhawatirkan,” tandasnya. (sas/aro)