RADARSEMARANG.COM – Setiap daerah biasanya memiliki makanan khas untuk berbuka puasa. Di Semarang, petis bumbon salah satunya. Makanan satu ini biasa ditemukan selama Ramadan dan tradisi dugderan.
Makanan dengan bahan baku telur ini memiliki rasa, gurih, dan pedas yang menggiurkan lidah. Ditambah rempah-rempah, menambah cita rasa kuat dari petis bumbon seperti daun salam, kunci, jeruk wangi, cabai, laos, serai, dan yang paling penting petis tetap menjadi pelengkap utama yang ditambahkan ke dalamnya.
Petis bumbon yang menggunakan bahan dasar dari ikan banjar, telur bebek dan sebagai pelengkap ada tahu. Menu lengkap petis bumbon menjadi incaran masyarakat dari dalam maupun luar kota Semarang, sebagai makanan berbuka puasa.
Salah satu pembuat petis bumbon ini, Istiqomah, 62, warga asal Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kota Semarang. Selama berjualan petis bumbon ia ditemani kakaknya, Siti Humaidah. Selain berjualan petis bumbon, Istiqomah biasa berjualan nasi gudeg Jogja di Jalan MT Haryono.
“Jualan petis bumbon ini menjadi tradisi turun-temurun, sudah puluhan tahun jualan selama Ramadan,” ujar Siti Humaidah. Selama Ramadan, Istiqomah dan Siti Humaidah berjualan petis bumbon di pelataran Masjid Agung Kauman, Semarang.
Proses memasak petis bumbon ini cukup mudah. Sambal goreng yang sudah diracik kemudian digoreng, semua bumbu yang dipakai dimasukkan dan diberi santan. Selang beberapa menit, masukkan telur, tahu, dan dimasak mendidih sampai asat. Kurang lebih membutuhkan waktu 2 jam.
Di masa pandemi ini, diakui Istiqomah, penjualan petis bumbon menurun. Sebelum pandemi, biasanya omzet sehari bisa mencapai 200 butir telur. Tapi selama pandemi hanya terjual 100 sampai 150 butir telur.
Petis bumbon mulai disajikan dari jam 14.00 dan tutup setelah tarawih. Harga telur petis bumbon mulai dari Rp 10 ribu, sedangkan untuk tahu Rp 5 ribu. Omzet yang didapat tidak menentu. Jika ramai pembeli, biasanya dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 2,5 juta. (mg5/mg8/ton)