RADARSEMARANG.COM, Salatiga – Kota Salatiga dicanangkan sebagai Kota Empat Pilar dan Kota Vanili. Pencanangan dilaksanakan di rumah dinas wali kota oleh ketua MPR Bambang Soesatyo dan Menteri Pertanian Syahrul Limpo.
Wali Kota Salatiga Yuliyanto menceritakan, dari sisi historis, tanaman vanili ini telah lama dibudidayakan oleh warga. Saat ini jumlahnya berkisar 8.900 batang. Ditanam di lahan seluas 3.74 hektare. Salah satu warga yang masih konsisten dalam membudidayakan adalah Mbah Harjo, warga Randuacir.
“Vanili juga telah dibudidayakan masyarakat di Kelurahan Kalibening, Kauman Kidul, Bugel, Kumpulrejo, Kutowinangun, Randuacir, serta Dukuh,” ungkap wali kota Yuliyanto.
Pemkot pun membantu pengembangan budidaya. Seperti pemberian bibit vanili bersertifikat sebanyak 3.000 batang dan pupuk organik sebanyak 12.000 kilogram. Juga pembinaan dan pemberdayaan kepada kelompok tani dan asosiasi petani vanili yang saat ini mengelola 5.900 batang di lahan seluas 30.572 meter persegi.
“Kami juga melakukan optimalisasi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Griya Vanili, dan lain sebagainya,” tambah Yuliyanto.
Selain itu, Pemkot Salatiga juga meluncurkan strategi dengan gerakan Saga Dasa Ben Vantra atau Satu Keluarga 10 Tanaman Vanili, sebagai samben untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Terlebih harga komoditas ini cenderung stabil dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Saat ini vanili kering berkisar enam juta rupiah per kilogramnya.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengatakan, memang banyak hal yang menjadi alasan bagi Kota Salatiga untuk dikunjungi. Selain makanannya enak, Kota Salatiga juga berkali-kali menjadi Kota Tertoleran.
“Meskipun Salatiga cirinya kota tapi vanili berkembang. Ekstrak vanili kalau sudah diektrak per gram 1 juta, kalau dibantu dan berkembang, ” kata Ganjar.
Ketua MPR Bambang Soesatyo menceritakan kenangannya saat tumbuh besar di Salatiga. “Kalau ada kota yang paling indah Salatiga-lah tempatnya. Kalau ada kota yang sangat berkesan di dalam hidup saya adalah Salatiga,” ujarnya.
“Karena ayah saya lahir dan besar di Salatiga, dan beliau juga dimakamkan di Salatiga. Saya hampir tiap tahun ke Salatiga tahun 70-an ketika beliau masih ada,” kenangnya. (sas/zal)